Ketika embun memeluk daun basah yang belum terisap matahari, pertemuan penjual dan pembeli sudah mulai bersemi.
Pasar merupakan pusat perdagangan segala macam kebutuhan sehari-hari, termasuk penjualan hasil perburuan kekayaan laut.
Ikan basah dengan mudah dapat ditemukan di bagian pasar berlantai basah cenderung becek. Kios-kios berlantai keramik di atasnya menjual ikan kering terjemur matahari. Garam peredam amis menguarkan bau menyengat.
Berada di luar bangunan pasar, terdapat lapak-lapak penjual ikan pindang. Berbagai jenis ikan yang diolah dengan cara digarami lalu dikukus atau direbus agar tahan lama.
Ukuran ikan pindang pun bermacam-macam. Secara kasat mata dapat dibedakan berdasarkan ragam wadahnya.
Keranjang bambu ditempati ikan pindang berukuran kecil. Wadah bulat, kira-kira setinggi seperempat tong aspal, dan terbuat dari plat logam berisi ikan pindang berukuran besar, biasanya terbuat dari ikan tongkol.
Menggunakan pisau kecil yang tajam, penjual mengiris-iris ikan pindang berukuran besar menjadi kecil-kecil berbentuk nyaris kubus. Dengan itu, daging ikan pindang terpotong rapi, bebas dari tulang belulang dan kepala yang kini menjadi remahan ikan pindang.
Tongkol iris tersebut laku di pasaran. Selain harganya terjangkau, tongkol iris itu terasa enak, apakah cukup dengan digoreng maupun dimasak saus cabai. Umumnya ibu-ibu menyasar ikan pindang jenis ini.
Sepasang sepatu berhak tinggi berusaha menghindari genangan. Berpasang-pasang mata nakal melekat pada baju ketat, memindai tubuh berdada tegak membusung, berpinggang ramping, berkaki jenjang mulus yang melangkah bak macan lapar.
Nyonya berpupur gaya Korea sekaligus Amerika itu menghampiri sebuah lapak ikan pindang.