Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Memaafkan dan Dimaafkan, Sama-sama Ringan dan Berat

Diperbarui: 13 Mei 2021   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memaafkan atau dimaafkan tanpa excuses oleh geralt dari pixabay.com

Empat huruf yang ringan diucapkan, tetapi berat dinyatakan dengan tulus adalah: maaf.

Setiap saat kita bisa mengucapkan maaf, berkali-kali dalam sehari. Tanpa ada rasa penyesalan dan kehilangan apa pun setelahnya. Sebaliknya, menyampaikan maaf sambil mengakui kesalahan amat berat keluar dari bibir.

Demikian halnya dengan memberikan maaf kepada orang lain, terasa encer di mulut tanpa menghilangkan ganjalan di dalam dada. Sebaliknya, memberikan maaf dengan tulus, meski telah mengalami kerugian lahir batin, terasa berat ketika kita hendak melupakannya.

Maaf dalam pemahaman di atas selanjutnya disebut dengan "memaafkan" dan "dimaafkan" yang mana kedua soal itu merupakan tindakan ringan sekaligus berat.

Memaafkan

Memaafkan merupakan upaya sungguh-sungguh untuk melupakan kesalahan seseorang. Kesalahan yang mengakibatkan kerugian secara moril maupun materil bagi kita.

Suatu ketika saya menjalin kerja sama dengan sesama pemborong. Berbagi dalam perolehan dan pembiayaan proyek. Sebuah hal lumrah, bagi pengusaha bermodal kecil untuk menggandeng pihak lain. Dengan itu, kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan dari instansi pemerintah lebih kuat. Pun di dalam permodalan, di mana dengan sumber daya yang dimiliki oleh dua pemborong lebih mampu menggendong pembiayaan proyek.

Dua tiga kali proyek, pembagian pekerjaan dan hasil berjalan lancar. Ketika pada pekerjaan berikutnya, sang kawan mulai berdalih ketika diminta share modal. Sementara proyek yang sedang dikerjakan lebih dari satu. Saya tidak memiliki kecukupan kemampuan untuk menanggulangi biaya sendirian.

Alhasil, saya terseok-seok dalam menyelesaikan proyek. Beberapa kali mendapat peringatan dari pemberi kerja. Kawan itu telah "menghilangkan diri" alias sulit ditemui.

Walaupun berdarah-darah, akhirnya pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Tak lama setelah pencairan, sang kawan muncul dengan meminta bagian. Kontan seluruh darah merayap ke ubun-ubun. Saya ngamuk, berteriak-teriak dengan menunjuk batang hidungnya (dalam arti sesungguhnya) di lobi gedung Kas Negara. Saya ingat, peristiwa itu berlangsung pada siang hari bulan Ramadan.

Butuh waktu lama sekali untuk memanfaatkan kesalahan itu. Karena lingkungan kerja relatif sama, maka kans untuk bertemu cukup besar. Selama itu muncul perasaan tidak nyaman yang menggangu perolehan rezeki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline