Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Bersuci Lahir dan Batin, Setelah Mengalami Kekalutan

Diperbarui: 10 Mei 2021   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bersuci oleh vargazs dari pixabay.com

Kisah terjadi ketika gerombolan yang hobinya sweeping masih merajalela. Kelompok yang merasa paling benar itu berkeliling kota, merusak kafe dan tempat hiburan resmi yang dianggapnya merupakan tempat maksiat.

Aparat hanya menyisir di belakangnya, tidak sekalipun berusaha mencegah. Menurut kabar selentingan, kumpulan orang yang mengaku-ngaku bergerak demi agama itu awalnya dibentuk oleh para jenderal sakit hati.

Markasnya sih di kawasan Tanah Abang, tetapi sekalipun tidak pernah menyentuh Tanah Abang Bongkaran yang dikenal sebagai pusat maksiat dari segala maksiat. Kafe tersohor di dekatnya pun tidak pernah diganggu. Maklum, penjaga keamanannya adalah preman penguasa kawasan Tanah Abang. Dalam hal itu, adagium "sesama preman jangan saling mendahului" berlaku.

Sepak terjang gerombolan preman ber-jubah agama itu mengganggu kelancaran bisnis kafe dan hiburan.

Pada saat itu pula saya mengelola sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan, sedikit banyak memperhitungkan pergerakan kelompok itu. Bagusnya, apabila mereka keluar markas, dengan sigap pihak kepolisian melakukan tindakan preventif. Dengan menelepon satu-persatu pengelola kafe agar segera menutup gerainya. Duh.

Suatu malam, ketika pengunjung sedang ramai, sebuah panggilan telepon dari Polresta menghimbau agar pengelola kafe menutup kegiatan. Atau setidaknya mematikan lampu-lampu dan suara musik. Mengetahui hal itu, saya panik. Saya mengalami kekalutan, memikirkan target penjualan yang masih jauh.

Salah satu daya tarik utama bagi pengunjung adalah kemeriahan cahaya dan suara, dengan itu upaya pencapaian target menjadi masuk akal.

Saya segera menelepon seorang sahabat, "katanya ada pergerakan ya?"

"Ya. Baru saja mereka keluar kandang. Ke arah Barat."

"Jadi?"

"Mas Budi tetap buka seperti biasa. Nanti kalau bergerak ke arah Selatan, saya kabari secepatnya," suara bariton itu menegaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline