Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Gamang Memutuskan antara Kebijakan dan Kebajikan

Diperbarui: 18 November 2020   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi adalah dokumen pribadi

Kondisi kesehatan saya saat ini mengingatkan kepada seseorang dengan keadaan yang sama pada masa silam.

Seperempat abad yang lalu, kantor tempat saya bekerja memperoleh proyek besar. Untuk mendukung kegiatan itu, perusahaan harus membangun pabrik kusen dan pabrik bata. Pabrik kusen sudah ada. Pabrik bata belum ada gambaran.

Setelah memperoleh persetujuan anggaran, saya beserta 2 orang kolega berangkat ke Jatiwangi, Jawa Barat untuk mencari lahan yang cocok bagi pabrik bata. Bata dirancang khusus untuk menyokong proyek perumahan yang dibangun dengan sistem pre-fabricated. Target waktu perolehan adalah 1 bulan, sekaligus membuat perencanaan keuangan dan sebagainya.

Untuk itu seperangkat Personal Computer (PC) beserta printer DOT matrix di bawa ke Kadipaten, dimana terdapat satu-satunya hotel yang dekat Jatiwangi.

Kenapa mengusung PC? Karena waktu itu laptop masih merupakan barang langka dan berharga mahal.

Dalam rangka mencari tanah yang sesuai, saya mengeksplorasi aset-aset sitaan sebuah bank pemerintah (sebelum di-merger) di Cirebon. Singkatnya, didapat sebuah persil eks jaminan berupa pabrik genteng lengkap dengan bangunan dan mesin-mesin dan sebuah rumah. Diperkirakan, dengan sedikit modifikasi, mesin-mesin dapat digunakan untuk membuat bata.

Pihak bank menyodorkan harga "tebusan" Rp 700 juta, yang merupakan nilai pokok pinjaman ditambah bunga berbunga dan denda. Sementara anggaran dari kantor sebesar Rp 600 juta (tahun 1995, 1 Dolar = Rp 2.250) untuk pengadaan lahan dan bangunan dimaksud.

Setelah menyusun kalkulasi berdasarkan ilmu perkreditan, besoknya saya menyodorkan penawaran senilai Rp 400 juta disertai perhitungan terperinci.

Kepala cabang bank tersebut sempat bertanya, "bapak pernah di bank?"

Pabrik lengkap diperoleh senilai di atas ditambah "traktiran kopi" sebesar Rp 10 juta kepada kepala cabang yang baik hati itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline