Ayam Woku Berbumbu Rahasia membuatnya bertekuk lutut kepadaku. Aku bukanlah pujangga yang cakap berkata-kata. Bukan pula karena rupa. Pun bukan lantaran harta warisan. Bukan!
Sebagai anak rantau Aku wajib berhemat, termasuk perihal makanan. Bukan lalu hanya merebus mi instan seperti kebanyakan anak kos yang badannya tipis.
Aku dibekali resep Ayam Woku oleh Ibuku.
"Ini resep turun-temurun. Ayam Woku Berbumbu Rahasia istimewa tiada banding."
Setiap Minggu pagi Aku memasak Ayam Woku Berbumbu Rahasia untuk persediaan sepekan.
Begini bocoran bumbu dan cara memasaknya.
Bosan?
Tidaklah! Teman nasi itu bisa dikombinasikan dengan tempe tahu goreng dan tumisan sayur dadak berganti-ganti.
Setiap Minggu pagi aroma Ayam Woku Berbumbu Rahasia menguar, merangsang lapar di sekitar. Anak Ibu kos memindai dengan hidungnya yang mancung, lalu menapaki selasar, dan membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Dari sini rupanya bebauan nan harum menembus rumah. Boleh minta?" Gadis manis itu menyeruak, berterus-terang dengan lantang. Membuatku "tari payung" alias salah tingkah, terperangah melihat bibirnya merekah.
Sejak saat itu, makan siang berdua di kamar kos merupakan ritual setiap hari Minggu. Taklama kemudian, gadis bersuara lantang tersebut tidak malu-malu meminta dibuatkan Ayam Woku Berbumbu Rahasia sebagai menu harian.