Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Kala Menyantap Mie Ayam Tanpa Gerobak dalam Gang

Diperbarui: 13 Oktober 2020   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar semangkuk mi ayam (dokumen pribadi)

Siapa sih yang tidak mengenal mie ayam? Disantap selagi masih mengepul. Kehangatannya menghadirkan kenikmatan, sekaligus kenangan. Seperti anu di tikungann. Aargh!

Lima atau enam tahun lalu, seorang kawan meminta bantuan. Customer service bank swasta itu mengajukan pensiun dini lantas berkeinginan membuka usaha.

Dengan berbagai pertimbangan, berdagang mie ayam dan bakso menjadi pilihan. Kesenangan memasak dan popularitas olahan itu menjadi acuan. Sekian bulan, saya memberikan arahan gratis, dari mulai pengolahan sampai pengelolaan.

Sayang, usaha yang telah dirintis selama setahun itu bubar, setelah diserahkan penanganannya kepada asistennya. Orang tua tunggal berputra satu itu lebih tertarik dengan usaha lain. Wanita berusia matang sedap dipandang tersebut terpikat dengan bisnis pemasaran berjenjang.

***

Sabtu pukul 10 saya berwisata di pelosok perkotaan. Bukan sawah atau hutan belantara. Tetapi rumah-rumah yang mengapit jalan sempit merupa pemandangan apik.

Kebersihan dan keramahan penghuninya merupakan daya tarik, bercampur dengan aneka jemuran dan warung-warung memajang aneka barang.

Bagi yang bermodal besar, mereka membuka toko kelontong. Bagi yang bermodal kecil, mereka membuka warung makanan dan minuman, seperti pecel, gorengan, nasi kuning (uduk), mie gaul, minuman segar dari bungkus sasetan.

Namun pada salah satu warung terlihat sebuah kotak plastik berisi gulungan.

Gambar gulungan mi dalam wadah plastik (dokumen pribadi)

Mie ayam? Tanpa gerobak?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline