Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Lumpur Blora, Apa Bedanya dengan Lumpur Lapindo?

Diperbarui: 1 September 2020   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spanduk bertuliskan peringatan kepada warga di lokasi semburan lumpur panas di Kesongo, Blora. (Sumber: KOMPAS TV)

Semburan lumpur seluas 3,29 kektar terjadi di kawasan Kesongo, Blora, Jawa Tengah pada hari Kamis (27/8/2020) lalu. Kendati lokasi bekas semburan lumpur panas itu sempat menjadi ajang "wisata dadakan", namun peristiwa alam itu menghadirkan kekhawatiran bagi penduduk sekitar.

Muncul kekhawatiran, dampak semburan lumpur panas akan seperti pada kasus Lumpur Lapindo, 29 Mei 2006,  di Sidoarjo, yang menenggelamkan 1.300 hektar kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian.

Benarkah demikian?

Fenomena terjadinya mud volcano --gunung api lumpur-- di Blora dan Sidoarjo asal usulnya adalah sama, yakni endapan lumpur yang didesak keluar oleh gas sulfur melalui retakan-retakan dalam lapisan perut bumi.

Bedanya pada pemicunya. Semburan lumpur Blora merupakan siklus alami yang terjadi di wilayah cekungan minyak sekitar Grobogan, Cepu, dan Blora. Semburan Blora adalah fenomena alam yang biasa terjadi di wilayah tersebut, menyebabkan tidak adanya pepohonan yang sanggup hidup di sekitarnya.

Hanya rerumputan dan belukar yang bisa bertahan hidup. Oleh karenanya kawasan tersebut dikenal sebagai oro-oro, tempat menggembala bagi warga setempat.

Sedangkan kasus Lapindo di Sidoarjo dipicu oleh kesalahan manusia yang kemudian menenggelamkan tiga kecamatan dan berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian Sidoarjo.

Dikutip dari kantor berita AFP, Profesor Richard Davies dari Universitas Durham, Inggris, mencurigai bahwa bencana itu disebabkan oleh kesalahan manusia, yaitu para pengebor yang telah melakukan serangkaian kesalahan. Bor ditarik ketika kondisi sumur tidak stabil, sehingga dari retakan yang ditimbulkannya membuat celah aliran seperti lahar yang sulit dihentikan.

Semburan Blora adalah siklus alami terjadinya erupsi gas yang mengeluarkan lumpur panas. Apalagi wilayah Indonesia berada di zona tektonik jalur ring of fire yang rawan letusan gunung berapi.

Area terdampak berada di kawasan yang tidak berpenduduk dan saat ini dalam radius tidak terlalu luas. Tidak seperti lumpur Lapindo yang dahsyat.

Keadaan itu seolah tidak menimbulkan ancaman bencana kepada masyarakat, baik secara ekonomi maupun infrastrukturnya. Semburan lumpur Blora secara langsung hanya akan berdampak kepada para penggembala, peladang, dan penambang garam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline