Tubuh mungil ringkih itu memberontak, berusaha melepaskan diri dari belitan empat lelaki perkasa, yang berkeinginan melemahkannya, berhasrat membaringkan badan ramping itu di atas meja panjang. Dua pria lain bermaksud memegang kedua kakinya.
Tetapi perlawanan wanita muda itu terlalu kuat. Enam orang kesulitan menundukkan gadis manis tersebut, meski sebagian kancing bajunya sudah terkoyak.
***
Kulit sawo matang dengan wajah sedap dipandang membuatnya menjadi sosok disenangi teman-teman kerjanya. Keramahtamahan yang alami disukai oleh para tamu.
Sebetulnya gadis itu ramah, tetapi kualifikasinya tidak cukup memadai untuk ditempatkan di bagian yang lebih baik. Banyak hal yang tidak bisa dipaksakan untuk mengatrol posisinya.
Saat ini Vinny belum bisa ditempatkan sebagai waitress, misalnya. Cukup sebagai office girl, yang merapikan ruang tamu. Mungkin kelak, seiring dengan perjalanan waktu, bisa aku pertimbangkan posisi yang lebih baik.
Sedikit banyak aku memerhatikan cara kerjanya. Cara menghadapi teman-temannya. Cara menghadapi tamu ketika membersihkan lantai ruang pelayanan.
Tentu saja aku memperhatikan lenggak-lenggoknya, wajah manisnya, dan tubuh rampingnya. Dan...aaah...!
Masih banyak hal yang butuh perhatian. Masih banyak pekerjaan yang butuh perhatianku secara sungguh-sungguh.
Umpamanya, Maggie, manajer Humas kesayangku, yang hendak resign. Karenanya aku mesti memikirkan Sisi, lapis keduanya yang jangkung berambut ombak bergulung-gulung, menyegarkan sekaligus menggoda.
Atau Marcy, wanita muda tak bersuami beranak satu, yang tadi malam mengeluhkan bagian atas pahanya terdapat bercak kemerahan. Dengan serampangan ia menunjukkan bintik yang melebar di atas kulit sewarna susu.