Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Menulis adalah Menarasikan Gagasan dengan Aksara

Diperbarui: 4 Juni 2020   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menulis dengan mesin tik. (Gambar oleh Glenn Carstens-Peters dari pixabay.com)

Zaman dulu, pelajaran Bahasa Indonesia memberikan ruang untuk "mengarang", yakni suatu kegiatan menuliskan pokok pikiran kedalam paragraf yang akan membentuk sebuah esai. 

Namun sepanjang ingatan, saya sudah terlupa bagaimana tehnik dan tata cara membuat karangan itu, saking sulitnya menyelami alam teori literasi (keberaksaraan). 

Persoalan serupa bisa saja dihadapi oleh para pelajar sampai tingkat SMA, yang mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis.

Tetapi sebaliknya, betapa kerapnya kita mendengar seorang teman yang berbicara berbusa-busa, umpamanya, tentang film drama Korea atau mengenai hal-hal aktual lainnya maupun membahas tentang gosip kehidupan selebritis atau cewek manis di kelas sebelah. 

Padahal perbedaan keberaksaraan dengan berbicara adalah berkaitan dengan ihwal "menuliskan" dan "menuturkan" gagasan (ide) yang terlintas dalam pikiran. 

Mereka yang menuturkan gagasan tentunya berusaha menata kata-kata, menggunakan ekspresi, dan mengamati reaksi pendengar sedemikian rupa agar bahasan/ulasan/kisah menjadi menarik.

Metode yang sama --menata kata, mengatur ekspresi, dan memperkirakan reaksi audiens-- dapat diterapkan dalam kegiatan tulis-menulis atau keberaksaraan. 

Lupakan dulu fondasi teoritis untuk membangun tulisan yang baik dan benar, ulasan di bawah akan mendeskripsikan cara menulis menurut pemahaman orang kebanyakan (man on the street), seperti saya.

Sesederhana apapun, gagasan selalu ada di dalam kepala manusia yang hendak disampaikan kepada orang lain. Umumnya kita terbiasa dengan budaya verbal sehingga banyak gagasan disampaikan secara lisan, misalnya legenda, hikayat, dan cerita lisan lainnya yang dituturkan secara turun temurun.

Sejarah mencatat, di Indonesia tradisi tulis-menulis muncul pada abad ke-empat dengan menggunakan aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Peninggalan prasasti di kerajaan Kutai Kalimantan dan Tarumanagara Jawa Barat merupakan bukti sejarah (sumber).

Kembali ke topik bahasan. Gagasan-gagasan yang ada di kepala dilontarkan dalam bentuk pembicaraan, obrolan, bahkan gosip kepada orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline