Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Alih Bentuk Hidangan Tinggalan Menjadi Olahan Lezat

Diperbarui: 26 Mei 2020   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari: mangyono.com

Pada momen perayaan Idul Fitri terhidang aneka masakan menyambut keluarga, kerabat, dan tamu-tamu yang hendak bersilaturahmi. 

Di hari yang penuh kebahagiaan itu setiap orang dapat menikmati makanan: rendang daging sapi, opor ayam, telor balado, sambel goreng hati, sayur godok, ketupat, dan berbagai macam kue khas lebaran.

Pada hari-hari berikutnya, tamu-tamu akan menyurut atau hanya minum saja dan makan kue tanpa menyicipi makanan lebaran lainnya. Mereka mungkin bosan, seperti halnya anggota keluarga lain yang lebih suka mendatangi tukang bakso langganan. 

Mereka merindukan makanan yang hangat dan menyegarkan. Kemudian makanan lebaran sebagaimana hidangan kenduri tersisa harus dihangatkan secara periodik agar tidak basi.

Setidaknya, di wilayah Jawa Barat dikenal kakaren, yakni makanan sisa lebaran atau kenduri. Juga dikenal sebagai kabebeye (bebecek) yakni makanan tinggalan hajatan atau lebaran yang diolah menjadi satu sedemikian rupa sampai kering. 

Biasanya berasal dari olahan: opor, rendang, sambel goreng hati, telor balado, sayur godok, dan masakan berbahan dasar daging lainnya. 

Olahan ini bisa disebut sebagai makanan daur ulang, nyaris mirip abon tetapi teksturnya lebih kasar. Rasanya "baru" dan lezat jika disantap bersama nasi hangat atau dicocol dengan uli (penganan dari ketan) goreng.

Tidak diketahui sejarah mengenai olahan kakaren atau kabebeye tersebut, namun barangkali sebagai upaya para pendahulu untuk menghindari kemubaziran makanan. Oleh karenanya kebiasaan itu patut dihargai dalam situasi sekarang ini.

Sedikit banyak kemubaziran tersebut selaras dengan kekhawatiran pakar pertanian Unsoed Purwokerto, Prof. Totok Agung Dwi Haryanto, tentang perlunya antisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan di tengah pandemi COVID-19 seperti yang diprediksi organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO).

Senada, komisioner Komisi Informasi Pusat Romanus Ndau Lendong, pada hari Rabu (20/5/2020) dalam webinar Keterbukaan Informasi Publik 2020 yang digelar Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian, mengamini peringatan FAO itu. 

Lanjutnya, "dikhawatirkan setelah terjadinya krisis kesehatan, akan berdampak pada krisis sosial (yang) jika tidak bisa ditangani secara baik akan menimbulkan krisis lain." Menjaga sektor pertanian merupakan critical point agar tidak terjadi krisis pangan, misalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline