Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Rencana Akbar di Balik Kesulitan

Diperbarui: 5 Mei 2020   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Rudy and Peter Skitterians dari pixabay.com

Jika ada pertanyaan tentang momen tersulit Ramadan tahun ini, maka justru jawaban dari itu adalah ihwal tersulit, bukan substansinya. Saya beberapa tahun lalu pernah mengalami momen-momen sulit sehingga permasalahan pada tahun ini menjadi, rasanya, lumrah tidak ada nuansa yang bisa membangun kisah kesedihan.

Tapi baiklah, saya akan menuturkan berberapa perihal kesulitan dalam Ramadan tahun ini, sebagai berikut,

Pertama, situasi menghadapi pandemi covid-19 telah membatasi pergerakan, sehingga rasa kangen dengan anak sulung yang sedang berjuang di lain kota cukup ditumpahkan melalui media internet. Kendati masih berada dalam satu wilayah Jabodetabek, namun kami sama-sama menahan diri agar sementara waktu tidak bertemu secara fisik.

Kedua, akibat dari penyakit yang saya derita menjelang tutup tahun 2018 menyebabkan keterbatasan fisik, kemerosotan kemampuan berpikir, dan perubahan menu makan.

Sekarang menghindari makan berlemak, berminyak, berkolesterol, tidak bergaram atau berpenyedap, mengurangi makanan bergula, bukan makanan kalengan dan instan. Artinya makan yang serba direbus atau dikukus. Tahun lalu, tahun ini dan tahun ke depan mesti menahan diri dari makanan yang menggoda saat Ramadan. Keadaan ini merepotkan, karena menu makannya berbeda dengan orang lain.

Keterbatasan fisik dan merosotnya daya pikir menyurutkan keterlibatan dalam kegiatan usaha/pekerjaan sebelumnya yang membutuhkan kemampuan fisik dan pikiran prima. Untungnya dikaruniai cukup sinar matahari untuk berjemur dan sudah bisa jalan kaki setiap pagi.

Dahulu banyak pekerjaan sedikit waktu, sekarang banyak waktu tiada pekerjaan.

Ketiga, dengan ketiadaan pekerjaan maka juga tidak ada pendapatan. Nihil pemasukan. Berita baiknya, masih ada tabungan yang bisa digerus sedikit demi sedikit. Sampai kapan? 

Keempat, anak saya paling kecil masih balita, berusia lima tahun, menyongsong perjalanan hidup yang masih teramat panjang (untuk ini ada kisah tersendiri). Sementara itu saya sudah berada pada temaramnya senja yang, pasti, sebentar lagi terbenam.

Bersandar kepada anak sulung? Bukan tipikal saya, lagipula putri saya itu memiliki kehidupannya sendiri.

Masih banyak kesulitan yang bisa diceritakan, tetapi cukuplah empat perihal saja. Jadi momen itu adalah kesulitan pada Ramadan tahun ini? Bukan hanya untuk tahun ini tetapi tahun-tahun mendatang kesulitan itu akan ada. Itupun jikalau dipikirkan sambil bermenung tanpa usaha dan doa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline