Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Puisi: Kota yang Menyimpan Kegelisahan

Diperbarui: 4 April 2020   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Rick Lobes dari pixabay.com

Kota merupa arena kolosal, dimana ikon raksasa berzirah beton memancang tulang belulang, menyiangi sesaknya kelam dengan lalu-lalang perbincangan usang.

Kota juga menyimpan gelombang-gelombang kegelisahan dari bentara, yang meludahkan titah raja pada meja makan, jalang mencengkam kemanusiaan di atas penderitaan.

Pejuang berbandana angan, datang berpedang ke kota, melusuh berkurung petarung, ialah para pengusung keranda perhiasan berlian mutu manikam, berkilaun kefanaan serta ruang-ruang, yang menggagahi petak-petak kumuh berderai air mata pecundang.

Lalu menyingkir, dari keniscayaan hedonik yang tiada usai membukit, terbuai belai lentik semu di tiang listrik, akhirnya menghempaskan jeda berkepanjangan dalam keputus-asaan.

Terbuang dari peradaban, membawa sembarang kekalahan, bersampan menuju bentala tersepi bertepi sunyi.

Sesekali merenung, merundung mimpi, lalu berdesau lembut pada kabut, bersendiri menyesali mimpi nisbi.

Tetapi akan tiba masa, hari tanpa bisa menceritakannya kepada siapa-siapa.

Melainkan kepada-MU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline