Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Cerpen: Kalut

Diperbarui: 1 April 2020   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh kalhh dari pixabay.com

"Krompyaaaang....!!!", lontaran batu sekepalan tangan membuyarkan kaca pertokoan menjadi serpihan-serpihan berserakan di tepian. Massa yang putus harapan dan kelaparan telah menjelma menjadi beringas, ganas serupa singa-singa lepas.

Orang bergelombang-lombang menghancurkan pusat perbelanjaan, menggusur pintu toko penimbun sembako, meruntuhkan dinding bangunan penyimpan makanan dan merampas kedamaian warga di rumah-rumah mewah.

Warga perumahan elite yang rata-rata dihuni pendatang dikabuti kengerian tak terperikan menyongsong badai tsunami gerakan manusia  yang menghampiri. Tanpa belas kasih, massa mendobrak pagar tinggi, melemparkan batu, menghantamkan kayu dan pipa besi pada pintu, pada jendela, kepada kepala-kepala pucat pasi sia-sia memohon ampunan.

Para pria gemetaran dibabat kilatnya parang, dadanya terbelah merah, selainnya kepalanya bergelimpangan. Para wanitanya disingkap, busananya koyak-moyak lalu beramai-ramai dirampok kehormatannya hingga lemah tiada daya menahan arwah melayang dari raga rapuh.

Berita kengerian yang baru saja terjadi di kotaku itu aku baca dari pesan-pesan yang banyak bersimpang-siuran di linimasa.

Aku menelpon istriku, menanyakan situasi di kota asalku. Syukurlah, ia dan anak-anak di rumah baik-baik saja, kendati banyak aparat di sekitar berjaga-jaga demi mengantisipasi kerusuhan lebih lanjut.

"Berhati-hatilah sayang!", kekhawatirannya beralasan.

Menurutnya, di jalanan para pengemudi kendaraan diperiksa, bila terdapat penduduk pendatang, maka ia akan dibakar. Kendaraan seisinya akan berkobar menjadi arang, tak perduli itu manusia biasa atau mahluk luar angkasa.

Mahluk mirip manusia itu adalah pendatang yang berasal dari planet GJ 257d, hanya berjarak 31 tahun cahaya dari bumi, yang terpaksa menyingkir dari semestanya karena planet tempat tinggalnya terancam hancur. Bumi dianggap memiliki ekosistem paling mirip dengan alam asalnya.

Secara fisik, figur mahluk angkasa luar itu tidak berbeda dengan manusia umumnya. Namun kepandaian dan kemampuannya melebihi manusia biasa, oleh karenanya mereka dengan cepat mampu beradaptasi, kemudian menduduki bidang-bidang kehidupan penting.

Lama-kelamaan pencapaian tersebut membuat penghuni bumi iri dengki, karena tidak mampu berkompetisi dengan mahluk yang jumlahnya sedikit itu. Kecemburuan sosial berlarut-larut tidak segera dicari solusinya oleh pemerintah, memuncak menjadi kerusuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline