Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

[Cerita untuk Anak] Rizky Mimisan

Diperbarui: 18 Januari 2020   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Siang terang benderang. Matahari berpendar garang. Rerumputan terpanggang. Tanaman kering kerontang. Baju Rizky centang perentang bersama debu ketika mengangkat tanah dengan beko)1 ke atas punggung damtrek)2.

Wajahnya sumringah, memancarkan kegirangan saat bermain angkutan tanah sembari menggumamkan gemuruh suara mesin.

Permainan itu seperti, .....ergh...apa ya namanya?

"Kontraktor...!" kata yu Anti, mengawasai Rizky sambil membaca buku.

Ya, betul itu! Rizky ingin seperti ayahnya yang bekerja di sebuah perusahaan konstruksi, membangun perumahan, jalan, pabrik dan banyak lagi yang tidak bisa diingatnya. Hanya sekali saja, Rizky diajak Ayahnya menyaksikan pengerjaan jalan baru di dekat tempat tinggalnya.

Ah, tapi kali ini ayahnya terlalu lama pergi. Mungkin Ia sangat sibuk. Katanya sedang mencari uang untuk Ibu, yu Anti, Rizky dan Nenek.

Biarlah, toh Ayah sudah memenuhi keinginannya membangun jalan, membelikannya mainan beko dengan remot)3 dan damtrek berukuran besar. Lebih besar dibanding punya teman-temannya. Ayahnya sudah berjanji akan membelikannya sepeda mini warna biru yang lama menjadi impiannya, setelah pulang dari luar kota.

Rizky sebentar lagi akan masuk Sekolah Dasar (SD). Setiap kali menanyakan tentang sepeda mini warna biru impian itu kepada Ibunya, Ia hanya akan terdiam, lalu memeluknya erat-erat.

Tidak tahu kenapa, Rizky tak pernah memperoleh jawab. Demikian juga ketika bertanya ke Nenek, Ia hanya mengelus-elus kepala Rizky seraya berkata, sabar.

Tanya ke yu Anti sama saja berbicara dengan tembok, Kakaknya yang baru tahun pertama menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu lebih suka berpetualang menjelajahi buku-bukunya.

Tapi sudahlah, Rizky tetap akan menunggu janji Ayah ketika pulang nanti. Saat Ia datang, Rizky selalu paling dahulu menghambur ke pelukannya. Rengkuhan hangat Ayah, sambil mengacak-acak rambut jabriknya, yang tak bakal dilupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline