Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Lebih Baik Mencegah daripada Kecanduan

Diperbarui: 29 November 2019   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by Shutterstock

Suatu malam Saya sedemikian asyik mengepulkan asap sehingga tidak sadar rokok tinggal dua batang, sementara hari menjelang tengah malam. Sedikit panik karena menghitung kecukupan merokok untuk malam itu dan esok pagi, Saya bergegas menuju warung atau gerai penjualan barang sehari-hari yang masih buka. Untunglah, masih ada gerai yang masih melayani kendati untuk itu perlu mengendarai sepeda motor untuk menemukannya.

Bagi mereka yang sudah kecanduan rokok, maka hal tersebut dianggap lumrah. Tetapi bila diperhatikan, betapa paniknya seorang perokok ketika barang itu sudah tinggal sedikit, pada hujan badai sekalipun apapun akan ditempuh demi mendapatkannya walaupun hanya sebungkus.

Bersusah-payah menginginkan sesuatu benda saat itu juga, padahal masih ada dan bisa diperoleh pada esok hari, merupakan salah satu ciri dari kecanduan. Ciri lainnya, adanya ketergantungan terhadap benda tersebut. Kadar ketergantungan yang semakin lama semakin meninggi takarannya.

Benda-benda tersebut bisa jadi merupakan penyemangat terhadap kegiatan fisik atau berpikir seseorang, bahkan akan memberikan efek kenikmatan tertentu atau semacam ekstase bagi jiwanya.

Semangat dan kenikmatan semu yang diperoleh dari rokok, minuman beralkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya.

Narkotika dan obat-obatan (Narkoba), zat psikotropika serta zat adiktif lainnya biasa disingkat Napza kemudian menjadi barang dilarang oleh Pemerintah Republik Indonesia, kecuali penggunaan untuk tujuan medis.

Tindakan penyidikan, penyelidikan dan penindakan tersebut dilakukan oleh pihak Kepolisian yang menangani narkoba serta Badan Nasional Narkoba (BNN) di tingkat pusat maupun daerah.

Selain memahami tindakan represif untuk mengatasi bahaya napza, ada baiknya diketahui cara mencegah kecanduan terhadap barang-barang haram itu.

Beberapa tahun lalu, Saya sempat mengikuti Training of Trainers yaitu pelatihan untuk instruktur yang menangani pencandu narkoba, dimana salah satu sesi adalah mengidentifikasi penyebab seseorang terlibat dalam penyalahgunaan napza. Maka observasi dilakukan di sebuah rumah rehabilitasi pecandu napza, dimana --sangat disayangkan-- "pasien" merupakan orang-orang yang berada dalam usia produktif.

Sebagian mengaku mengkonsumsi napza sebagai pelarian atas tekanan hidup, dengan alasan di antaranya: Berasal dari keluarga broken home, entah karena orang tuanya berpisah atau berada di dalam rumah tangga tidak harmonis; Masalah asmara; Kurang berprestasi; Rendah diri; dan sebagainya. Yah, seperti stereotip klasik yang timbul di pikiran umum

Namun yang cukup menarik, beberapa penghuni rumah rehabilitasi napza tersebut mengaku tidak mengalami persoalan berarti dalam hidupnya. Misalnya saja: orang tua utuh baik-baik saja, keluarga harmonis, di sekolah cukup berprestasi, tidak ada persoalan materi, hubungan asmara berlangsung mulus dan tidak ada masalah dalam hubungan sosial. Nah, jika tidak ada masalah lantas apa yang menyebabkan mereka terjerumus menggunakan napza?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline