Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Kecemasan yang Pernah Menyiksa

Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Ada anggapan, bahwa mereka yang berkeliaran mengenakan pakaian compang-camping dan seringkali berbicara sendiri sebagai orang dengan gangguan kesehatan mental alias "orang gila" yang patut dijauhi karena disangka berbahaya. Sebagian diasingkan atau dipasung dalam rumah.

Merujuk kepada WHO, pengertian kelainan jiwa atau gangguan kesehatan mental adalah kekacauan berperilaku dan mental. Banyak literatur menyebutkan kebiasaan yang berpengaruh kepada cara bertingkah-laku dan cara berpikir, di antaranya: keinginan, kurang tidur, cemas, emosional. Berarti dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami gejala tersebut. Apakah kemudian dapat disebut "orang gila"?

Keinginan

Kecenderungan seseorang agar segala sesuatu terjadi sesuai recana dan menghasilkan hal seperti diinginkan. Kemudin keinginan ini menyimpan potensi kekecewaan atau kesedihan. 

Ketika kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan kita menderita. Macam-macam keinginan itu dari: pengakuan untuk dihargai sampai perolehan barang duniawi.

Kurang Tidur

Memikirkan pekerjaan atau mengkhayalkan keinginan yang belum tercapai kerap dibawa ke tempat beristirahat. Akibatnya, sepanjang malam yang seharusnya digunakan untuk tidur, di dalam kepala berputar segala siasat untuk meraih keinginan. Alhasil tidak bisa tidur nyenyak atau tidur setelah matahari bangun.

Kecemasan

Khawatir terus menerus memikirkan kemungkinan buruk atas sesuatu hal belum terjadi. Tidak memegang telepon genggam barang sejenak, dalam pikiran timbul prasangka: "Jangan-jangan ada pesanan; Bisa jadi tadi ada berita penting; Apakah ada informasi terkini? Dan lain sebagainya yang menyebabkan semakin gelisah memikirkan kemungkinan buruk.

Emosional

Meluapkan kekesalan dengan kemarahan berlebihan, menimbulkan kekhawatiran terhadap orang yang menjadi sasaran kekecewaan. Sebaliknya, memendam amarah malah rentan terhadap kemungkinan depresi. Emosi tinggi tersebut bisa dipicu oleh hasil pekerjaan orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline