Dalam pelayanan pendidikan sering kita menemui siswa yang beraneka ragam macam sikap dan perbuatannya, ada siswa yang memiliki kecerdasan yang baik, ada juga siswa yang lamban dan ada juga siswa yang sama sekali tidak tertarik untuk belajar.
Peran penting seorang guru disini akan sangat menentukan di butuhkan guru yang memiliki kesabaran dan kemampuan untuk melihat potensi siswa yang berbeda satu sama lain.
Terkadang ada juga guru yang tidak sabar tidak faham filosofis pendidikan yang ditanamkan Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara dimana pada dasarnya semua siswa itu hebat dan memiliki bakatnya masing-masing.
Terkadang ada juga guru yang melakukan tindakan kekerasan jika siswa tidak mampu menerima pelajaran dengan baik dengan memukul, membentak, marah-marah sehingga bukannya siswa menjadi pintar justru terkadang menjadi cacat mental.
Perlu sekali kita sebagai guru memahami siswa bukan seperti televisi yang sudah tua yang bermasalah saat dinyalakan.
Masih ingatkah kita di masa silam, Jika kita memiliki televisi yang sudah cukup tua, yang gambarnya kadang muncul kadang tidak, apa yang sering kita lakukan jika gambarnya tidak muncul?.
Saya yakin dan semua sepakat pasti televisinya di gebrak, mengapa mesti di gebrak atau di pukul karena kita tidak faham cara kerjanya mungkin dengan di pukul gambarnya mungkin kembali menyala akibat ada kabel yang longgar tersambung kembali, atau presisinya bagus lagi.
Yang menjadi masalah jika setelah digebrak gambarnya tidak muncul juga dan kita memaksa terus untuk memukul-mukulnya maka dipastikan televisinya bukan tambah bagus malah semakin ringsek atau rusak berat.
Begitulah cerminan kita guru terkadang memberlakukan siswa dengan semena-mena dan fokus terhadap kemampuan akademik tanpa memperhatikan kemampuan potensi lainnya.
Jika tidak mengerti dan tidak mampu mengikuti pembelajaran hukuman bahkan pukulan akan menjadi penderitaan yang diterima anak didik.