Lihat ke Halaman Asli

Budi Firmansyah Wayassirli A.

Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar

Tingkat Inflasi Mulai Stabil, Sinyal Positif atau Negatif?

Diperbarui: 8 Desember 2022   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Secara sederhana, makna Inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Biasanya, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk beberapa jenis barang tertentu karena adanya pertambahan jumlah uang yang beredar dalam jangka pendek. 

Kenaikan harga barang dan jasa apabila berlangsung secara lama dapat menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus tergerus, sehingga mereka harus menurunkan standar hidup. Situasi tersebut membuat masyarakat yang sudah tergolong miskin menjadi semakin miskin. Seperti yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun terakhir.

Inflasi yang terjadi sepanjang tahun 2022 sepertinya terasa lebih berat bagi Indonesia. Harga barang dan jasa meningkat drastis setelah pandemi Covid-19 melanda Nusantara. 

Pada saat harga meningkat, di satu sisi pemerintah wajib melindungi keselamatan dan nyawa warga negaranya, di sisi lain pemerintah juga harus membuat roda ekonomi bergulir agar tidak terjadi inflasi

Selain pandemi, perang Rusia-Ukraina juga mengganggu kegiatan ekspor impor yang menimbulkan efek terhadap tingkat inflasi dan harga pada beberapa komoditas perdagangan di dunia. Namun, perlu diperhatikan bahwa selama tingkat inflasi tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah maka kenaikan inflasi merupakan suatu hal yang lumrah atau wajar, seperti yang terjadi pada bulan Oktober lalu.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada Oktober 2022, Indonesia mengalami laju inflasi yang lebih rendah sebesar 0,11% dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,17%. 

Melihat kondisi yang menunjukan sinyal positif, sepertinya angka yang lebih rendah tersebut dapat mengurangi kekhawatiran pemerintah dan masyarakat. Kekhawatiran masyarakat dipengaruhi oleh dampak penyesuaian harga kenaikan bbm yang terjadi sebelumnya. 

Selepas harga bbm diumumkan pada bulan September, harga-harga komoditas lain juga ikut naik guna menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran. Tetapi setelah melihat data BPS pada bulan Oktober, tingkat inflasi menunjukan jumlah permintaan dan penawaran yang mulai stabil. Artinya kemungkinan inflasi untuk di bulan berikutnya akan kembali normal.

Dinamika tersebut bisa di usut dan cermati dari keadaan yang mulai membaik. Kondisi pandemi dan perang Rusia-Ukraina sebagai penyumbang inflasi pertama di tahun 2022 kini mulai mereda. 

Hal itu memungkinkan harga komoditas di bulan-bulan berikutnya memasuki pola yang normal. Di satu sisi pola inflasi pada bulan Oktober mulai terbentuk, di sisi lain laju inflasi inti juga mulai melambat. 

Hal tersebut menjadi nilai positif yang akan menunjukan bahwa inflasi telah meninggalkan puncaknya dan sepertinya perlahan melandai. Namun, pemerintah harus tetap waspada dan berkaca dari negara-negara yang berhasil mengatasi inflasi, seperti yang dialami oleh AS baru saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline