Sebagian orang Papua memimpikan kemerdekaan karena merasa terjajah oleh kolonial Indonesia.
Mereka yang memimpikan kemerdekaan Papua tentu sudah memikirkan bahwa Negara memiliki tiga unsur: Wilayah, Raja dan Rakyat.
Dalam konteks Papua, tanah atau wilayah sudah tersedia. Rakyat juga sudah ada, tetapi masih perlu didiskusikan, apakah rakyat negara Papua Barat yang diimpikan terdiri dari orang aseli Papua (OAP) saja atau termasuk non-OAP yang telah sekian lama tinggal dan hidup di tanah ini.
Tetapi pertanyaan yang lebih penting dikemukakan saat ini adalah siapakah calon pemimpin yang disiapkan bagi negara Papua Barat, seandainya mereka berhasil meraih kemerdekaannya?
Tentu diperlukan syarat-syarat sangat tinggi untuk menjadi pemimpin penggerak Papua Merdeka, yang sanggup menyatukan semua pemimpin yang ada, yang sanggup mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan menyusun sistem atau pola kepemimpinan di masa depan.
Yosef Rumasef menuliskan keyakinannya bahwa nubuat I.S. Kijne tentang "kebangkitan Papua" harus didahului penemuan akan pemimpin yang memiliki visi dalam praksis (refleksi dan aksi) tentang Papua sebagai bangsa.
Pada konteks ini, tulisnya, saya meyakini refleksi dari saudara saya Samuel Tabuni ketika dia mengatakan, Ibu Pertiwi Papua sedang mengandung dan akan melahirkan pemimpin baru. Pemimpin yang memiliki the spirit of Papua, bukan the spirit of suku atau the spirit of kedaerahan. ... Bangsa ini akan bangkit memimpin dirinya. (suarapapua.com, 25/10/2018)
Siapakah calon presiden yang sepertinya sudah dipersiapkan untuk memimpin negara Papua Barat setelah mimpi kemerdekaan mereka terwujud?
Mungkinkah itu Benny Wenda?
Benny Wenda (lahir 1975) adalah pemimpin kemerdekaan Papua Barat dan Ketua Gerakan Pembebasan Bersatu untuk Papua Barat (ULMWP). Dia adalah pelobi internasional untuk kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. Dia tinggal di pengasingan di Inggris. Pada tahun 2003 ia diberikan suaka politik oleh pemerintah Inggris setelah melarikan diri dari tahanan saat diadili.