Generasi muda, penerus bangsa, saat ini tengah menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Jika dahulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan senjata, kini kita berjuang melawan musuh yang tak kasat mata: kebencian. Kebencian yang disebarluaskan dengan begitu mudahnya di dunia maya, menjadi ancaman serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kebencian ibarat seperti api, jika dibiarkan akan terus membakar sekelilingnya. Jika dipadamkan, maka akan membuat kondisi sekitarnya menjadi damai. Kebencian merupakan senjata yang mematikan di era digital ini. Kebencian bisa diselipkan kemana saja, untuk menyerang pihak lain.
Media sosial, yang seharusnya menjadi wadah untuk berbagi informasi dan mempererat silaturahmi, kini justru sering disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian. Dengan hanya beberapa ketukan jari, kita bisa dengan mudah menulis komentar-komentar yang menyakitkan, menyebarkan hoaks, atau memprovokasi orang lain. Kebencian yang terus-menerus disebarluaskan akan melahirkan perpecahan dan konflik. Kita akan sulit untuk hidup berdampingan dengan damai jika terus-menerus saling menyalahkan dan membenci.
Ingat, kita adalah negara besar. Indonesia merupakan negara besar, yang mempunyai keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan keragaman yang tidak dimiliki negara lain ini, hancur karena ulah masyarakatnya sendiri. Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Kearifan lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, harus dihargai, bukan dicaci dan dicari kesalahannya. Ingat, kebencian tidak akan menyelesaikan masalah. Justru, kebencian akan melahirkan masalah baru yang lebih besar.
Sebagai generasi muda yang menjadi penerus bangsa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberagaman ini. Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan yang sudah tercipta. Kita harus bisa merangkul keberagaman, bukan justru memukul keberagaman itu sendiri.
Untuk bisa melawan kebencian di era digital ini, harus dilakukan cara-cara yang sesuai dengan eranya. Yaitu dengan cara meningkatkan literasi digital. Belajarlah untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks. Jangan mudah percaya dengan semua informasi yang kamu temui di media sosial. Berpikirlah terlebih dulu sebelum bertindak. Sebelum menulis komentar, pikirkan baik-baik apakah kata-kata kita akan menyakiti orang lain atau tidak.
Karena kita adalah masyarakat Indonesia yang majemuk, sudah sebaiknya salah menghargai di tengah keberagaman. Sebarkanlah kebaikan. Hentikanlah saling caci atau mencari kejelekan orang lain. Manfaatkan media sosial untuk menyebarkan hal-hal positif, seperti inspirasi, motivasi, dan pesan-pesan persatuan. Medai sosial juga jangan disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian. Jangan ragu untuk melaporkan konten-konten yang mengandung ujaran kebencian atau hoaks ke pihak yang berwenang. Dan jadilah contoh yang baik. Tunjukkan kepada teman-temanmu bahwa kita bisa berinteraksi di dunia maya dengan sopan dan santun.
Kita harus terus menunjukkan semangat kepahlawanan di era digital ini. Dulu, para pahlawan kita berjuang untuk merebut kemerdekaan. Mereka rela mengorbankan nyawa demi tanah air. Kini, kita juga punya perjuangan yang tidak kalah penting, yaitu melawan kebencian dan menjaga persatuan bangsa. Kita adalah pahlawan masa kini, yang berjuang di medan perang digital.
Pahlawan masa kini tidak perlu membawa senjata, tetapi cukup dengan kebaikan dan kecerdasan. Mari kita jadikan media sosial sebagai wadah untuk berbagi kebaikan dan inspirasi. Mari kita lawan segala bentuk ujaran kebencian dan hoaks. Dengan begitu, kita bisa menciptakan Indonesia yang lebih baik, yang damai, dan penuh toleransi. Ingatlah, setiap kata yang kita tulis memiliki kekuatan untuk membangun atau menghancurkan. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H