Lihat ke Halaman Asli

budi prakoso

mari jaga kesehatan

Dakwah Dialogis, Jembatan Kemanusiaan di Era Digital

Diperbarui: 13 Oktober 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dakwah Digital - uinsgd.ac.id

Dalam era digital yang serba cepat, dakwah telah berevolusi. Platform media sosial telah menjadi medan baru bagi para pendakwah untuk menyampaikan pesan agama. Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi lahan subur bagi penyebaran konten-konten radikal yang provokatif. Jika kita tidak bisa jeli dan membekali diri dengan literasi yang cukup, tidak menutup kemungkinan akan menjadi korban provokasi.

Disinilah pentingnya dakwah yang bersifat dialogis. Bukan dakwah yang satu arah. Dakwah dialogis harus bisa menawarkan alternatif yang lebih konstruktif. Dakwah dialogis ini bisa menggunakan pendekatan dialog terbuka, menciptakan ruang dialog yang inklusif. Semua orang bisa dapat menyampaikan pendapatnya tanpa rasa takut dan terintimidasi.

Dalam dakwah juga harus membuka ruang untuk saling menghargai dan menghormati. Hal ini penting karena pada dasarnya, semua orang memiliki pendapat, pandangan yang berbeda. Menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan, serta menghindari generalisasi yang dapat memicu permusuhan. Karena itu pula, hilangkan hal-hal yang bersifatk ekslusif. Kedepankan nilai-nilai universal. Seperti kasih sayang, keadilan dan persaudaraan. Dan pada dasarnya, kita semua adalah saudara.

Dakwah dialogis penting untuk dilakukan, agar bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kita tahu, penyebaran provokasi kebencian dan propaganda radikalisme di media sosial saat ini terus bermunculan. Dengan dakwah dialogis, bisa membangun kerukunan antar umat beragama. Dialog yang terbuka juga akan memperkuat tali silaturahmi antar sesama. Dengan demikian interaksi antar sesama akan terbangun. Secara tidak langsung, kita biosa menyaring informasi yang benar dari informasi yang salah.

Jika kita tidak bisa mengantisipasi dakwah yang provokatif di media sosial, makan persatuan dan kesatuan yang selama ini terjalun, berpotensi berantakan. Antar sesama merasa paling benar, paling suci, mudah mengkafirkan orang lain, yang berujung pada maraknya diskriminasi dan tindak kekerasan. Jika hal tersebut terjadi, secara tidak langsung kita telah mempropagandakan bibit radikalisme dalam setiap perilaku kita.

Sekali lagi, mari tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan di era digital ini. Jangan mudah terprovokasi informasi menyesatkan. Mari lindungi masyarakat yang tidak bersalah menjadi korban.  Masyarakat, terutama mereka yang memiliki literasi digital yang rendah, menjadi korban paling rentan dari dakwah provokatif. Mereka mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak benar dan provokatif.

Lalu, bagaimana mengatasi dakwah yang provokatif tersebut? Perkuat literasi digital. Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang literasi digital, agar mampu membedakan informasi yang benar dan salah.  Para pendakwah yang moderat juga perlu meningkatkan kualitas konten yang mereka produksi, agar lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Umat beragama juga perlu bekerja sama untuk melawan radikalisme dan membangun kerukunan.

Jika masyarakat sudah bergerak, maka pemerintah juga perlu membuat kebijakan yang mendukung moderasi beragama dan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari konten-konten radikal.  Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk opini publik. Media harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan berita yang akurat dan tidak provokatif.

Sekali lagi, dakwah dialogis merupakan kunci untuk membangun masyarakat yang harmonis dan toleran. Dengan mempromosikan dialog, kita dapat mencegah penyebaran paham radikal dan membangun Indonesia yang lebih baik. Mari kita bersama-sama melawan narasi kebencian dan membangun narasi persatuan. Setiap individu memiliki peran penting dalam mewujudkan Indonesia yang lebih toleran. Mulailah dari diri sendiri, dengan menyebarkan pesan-pesan positif dan mengajak orang-orang di sekitar kita untuk berpikir kritis dan tidak mudah terprovokasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline