Lihat ke Halaman Asli

budi prakoso

mari jaga kesehatan

Sumpah Pemuda, Provokasi dan Tantangan Kecanggihan Teknologi

Diperbarui: 5 November 2023   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milenial - jalandamai.org

Indonesia merupakan salah satu yang mendapatkan bonus demografi. Jumlah warga negara yang usia produktif, lebih banyak yang tidak produktif. Ini artinya, Indonesia akan dipenuhi oleh kelompok muda. Kelebihan generasi muda, tentu menjadi anugerah tersendiri jika bisa diarahkan dan dimanfaatkan secara benar. Kenapa harus diarahkan? Karena tidak sedikit diantara generasi muda ini begitu aktif, tapi tidak melengkapi diri dengan literasi. Akibatnya, mereka berpikiran sempit, suka menyalahkan orang lain dan merasa dirinya paling benar.

Anak muda seringkali diberi ruang special di era sekarang ini. Karena masa depan, merupakan eranya anak muda. Tak heran jika banyak pemimpin Perusahaan dan lembaga, mulai diduduki anak muda. Bahkan pemilu tahun ini pun, juga banyak memperebutkan anak muda. Dari 204.807.222 daftar pemilih tetap nasional, 113 juta atau 56 persen diantaranya adalah pemilih muda. Angka ini tentu merupakan hal yang siginifikan, untuk mendulang suara.

Namun melimpahnya generasi muda di Indonesia, harus diarahkan secara benar. Karena ada anak muda yang melewati prosesnya secara instan, namun ada juga yang melalui proses panjang. Anak muda harus membekali diri dengan informasi yang lengkap, utuh, dan mampu melihat berdasarkan konteksnya. Harapannya, generasi bisa mewakili semangat sumpah pemuda, yang bisa menyatukan keragaman suku, agama, bahasa dan budaya Indonesia. Dan komitmen sumpah pemuda itu harus terus dipegang oleh generasi saat ini.

Dalam konteks kekinian seperti sekarang ini, tantangan generasi mudah sungguh sangat luar biasa. Terlebih di era kecanggihan teknologi seperti sekarang ini. Melalui teknologi kecerdasan buatan atau yang biasa disebut AI, bisa meniru dan membuat apa saja. Beberapa waktu belakang, seringkali muncul tokoh-tokoh yang memberikan pendapat atau statement. Namun pernyataan tersebut bukanlah pernyataan yang sesungguhnya, karena merupakan hasil dari olah AI.

Di sinilah konteks literasi sangat diperlukan. Era deepfake AI telah masuk. Belum lagi persoalan konten, informasi tersebut valid atau tidak. Terkadang masyarakat langsung saja memberikan kepercaaan, tanpa melakukan cek ricek terlebih dulu. Di era sekarang ini, cek ricek merupakan hal penting yang harus dilakukan semua orang. Dengan memahami informasi yang sesungguhnya, kita jadi tahu mana informasi yang benar dan tidak.

Begitu banyaknya tantangan generasi muda di era sekarang ini. Karena itulah tidak bisa kita hanya tinggal diam saja. Generasi muda harus menjadi generasi yang aktif, bukan menjadi pasif. Generasi muda harus menjadi generasi yang menyatukan, bukan generasi yang menceraiberaikan. Ingat semangat sumpah pemuda. Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu bangsa Indonesia. Berbahasa satu, bahasa Indonesia. Komitmen para pemuda era itu, terbukti telah memberikan kontribusi positif bagi negeri ini.

Di era sekarang, tantangannya tentu berbeda. Namun semangat yang sama juga perlu terus diperhatakan para generasi muda. Anak mudah tidak boleh menjadi sumbu pendek, yang mudah percaya dan mudah terpancing amarahnya. Karena amarah bisa menumpulkan logika. Sementara Tuhan telah memberikan setiap manusia logika, agar bisa menjadi generasi cerdas, yang tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline