Semua umat muslim mungkin sepakat, salah satu bulan yang paling dinanti adalah bulan Ramadan. Tidak hanya berpuasa, di bulan ini banyak sekali aktifitas positif yang seringkali muncul dan tidak ada di bulan-bulan sebelumnya. Jika umat muslim melakukan puasa dengan ikhlas, melakukan banyak perbuatan baik, diharapkan akan mendapatkan keberkahan. Dan keberkahan ini akan lebih lengkap, jika ketenangan bisa dirasakan, dan kedekatan dengan orang-orang sekitar tetap terjaga, tanpa harus mempersoalkan perbedaan.
Salah satu tradisi yang banyak dinanti dan dirindukan adalah berbagi takjil untuk berbuka. Dulu ada buka on the road atau sahur on the road, namun ketika pandemi seperti sekarang, aktifitas tersebut dilarang karena berpotensi menciptakan kerumunan. Namun, aktifitas berbagi bukannya hilang, namun terus menyesuaikan perkembangan zaman. Banyak sekali aplikasi yang menawarkan berbagi takjil, berbuka atau sahur. Ini artinya, semangat untuk saling berbagi tidak pernah hilang dalam kehidupan manusia.
Apa yang bisa kita bagikan? Banyak. Yang punya kelimpahan rezeki, mungkin bisa membagikan hartanya. Bisa juga membagikan makanan, baju atau yang lainnya. Yang tidak punya apa-apa, mungkin juga bisa membagikan doanya. Semangat saling berbagi, tidak hanya menghasilkan pahala atau keberkahan, tapi juga membangun kepedulian antar sesama. Tak peduli apa latar belakangnya, tapi peduli apa agamanya, jika ada yang perlu dibantu ya harus dibantu.
Bulan Ramadan selalu memperkuat semangat untuk saling berbagi ini. Karena itulah, mari kita jadikan bulan suci ini untuk memperkuat rasa saling berbagi, dan terus kita pertahankan di masa pandemi ini. Bahkan semangat berbagi harus terus ditanamkan dalam pikiran, agar perilaku dan perkataan kita juga menghasilkan hal yang positif. Dan di masa pandemi ini, semangat berbagi harus terus kita gelorakan untuk menjadi sebuah gerakan bersama.
Sudah lebih dari setahun, pandemi telah merusak semuanya. Pandemi tidak hanya membuat sebagian orang berhenti bekerja karena tempat kerjanya tutup, tapi juga membuat perekonomian semua negara terpuruk. Namun dalam keterpurukan tersebut, tidak bisa disikapi dengan kegalauan. Pandemi harus dilewati dengan semangat yang inovatif, kreatif, tapi tetap mengedepankan safety.
Dalam konteks berbagi antar sesama di masa pandemi ini, tentu juga harus tetap mengedepankan protokol kesehatan. Jangan sampai setelah kita berbagi, bertemu dengan banyak orang, justru akan melahirkan klaster baru hanya karena tidak mengedepankan protokol kesehatan.
Namun, dalam perjalanannya masih saja ada pihak-pihak yang justru menciderai dari semangat berbagi itu sendiri. Ada yang berbagi hanya karena seiman, ada yang berbagi hanya karena mengenal atau satu daerah, atau faktor yang lain. Padahal kita ini adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, yang sangat membutuhkan orang lain. Seorang manusia yang mendapat julukan tarzan pun, masih membutuhkan binatang untuk bisa saling interaksi. Apalagi manusia yang tinggal di lingkungan manusia.
Untuk bisa saling berbagi, hilangkan semangat ekskulisif, semangat merasa paling benar sendiri dan menilai pihak lain sebagai pihak yang salah. Untuk bisa saling berbagi, harus mempunyai posisi yang sama. Tidak usah berpikir yang ini atau itu, pikirkanlah untuk meringankan beban orang lain dan mencari keberkahan Allah SWT. Jika niat kita berbagi untuk saling membantu, maka semuanya akan bisa saling menguatkan. Salam berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H