Lihat ke Halaman Asli

budi prakoso

mari jaga kesehatan

Ramadan, Momentum Tinggalkan Kebencian dan Menebar Kedamaian

Diperbarui: 14 Mei 2019   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan - jalandamai.org

Beberapa bulan terakhir ini, hiruk pikuk pilpres telah membuat kita lupa. Lupa bahwa kita semua dalah bersaudara. Lupa bahwa pada dasarnya setiap manusia tidak menyukai kebencian. Tapi yang terjadi adalah praktek menebar kebencian begitu massif terjadi. Praktek menebar kebohongan juga marak terjadi. 

Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya justru semakin mengerikan. Antar sesama teman, saudara dan tetangga, bisa saling membenci hanya karena perbedaan pilihan politik. 

Antar pendukung bisa saling menebar provokasi hanya karena ingin menjatuhkan elektabilitas lawan. Usai pemilihan presiden pada 17 April 2019 kemarin, penyebaran provokasi kebencian dan kebohongan masih terjadi. Bahkan, jelang penetapan presiden terpilih justru penyebaran provokasi semakin massif.

Meski saat ini telah memasuki bulan puasa, nyatanya provokasi demi provokasi masih terjadi jelang hari penetapan presiden dan wakil presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu per satu polisi menangkap seseorang yang diduga melakukan ancaman dan masuk kategori dugaan makar. 

Semestinya, bulan Ramadan tidak diisi dengan ucapan dan perilaku yang mengarah pada kebencian. Ramadan semestinya diisi dengan hal-hal yang bernuansa kedamaian. 

Dari level masyarakat, elit politik hingga petinggi pemerintahan, harus bsa menjaga ucapan dan perilakunya, serta mengajak masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan persaudaraan.

Menjaga persaudaraan harus terus kita suarakan, karena karakter masyarakat Indonesia adalah beragam. Karena keberagaman itulah yang bisa memicu terjadinya banyak perbedaan di tengah masyarakat. Dan perbedaan inilah yang bagi sebagian orang masih menjadi persoalan. 

Padahal, dari awal sejarah berdirinya Indonesia, perbedaan itu sudah melekat dalam diri setiap suku-suku yang ada. Seorang Jawa bisa jadi mempunyai adat dan budaya yang berbeda dengan seseorang dari Kalimantan, Papua, ataupun daerah yang lain. 

Seorang muslim dan Kristen, Hindu, ataupun agama yang lain, tentu juga mempunyai cara beribadah yang berbeda. Nah, penuh dengan perbedaan, kenyataannya perbedaan itu masih bisa hidup berdampingan dalam konsep negara kesatuan republik Indonesia.

Baru saja kita semua melewati momentum penentuan hak suara dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Tak dipungkiri, demi urusan politik, sebagian dari kita justru aktif ikut menebar kebencian dan hoaks demi mendapatkan simpati publik dan menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas pasangan calon. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline