Ibu Saeni, salah seorang pedagang warteg di Serang, Banten, saat ini mendadak banyak jadi perbincangan di sosial media, usai warung makannya di razia oleh satpol PP. Petugas menyegel dan menyita semua makanan kecil milik Saeni, karena melanggar aturan yang melarang berjualan di bulan Ramadhan. Sang ibu pun hanya bisa menangis, dan langsung jatuh sakit ketika petugas melakukan tindakan tersebut. Meski sadar dirinya salah, petugas dinilai tidak adil, karena warung yang besar tidak pernah dirazia.
Peristiwa tersebut, akhirnya mengundang empati para netizen. Melalui dunia maya, netizen mengumpulkan uang untuk meringakan beban bu eni. Hasilnya, uang sebesar Rp 111 juta berhasil dikumpulkan. Bahkan, presiden Joko Widodo pun juga memberikan bantuan sebesar Rp 10 juta. Semua orang langsung bereaksi. Dari masyarakat hingga level menteri.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, di media massa menyatakan, aparat tidak boleh sewenang-wenang. Petugas seharusnya juga mengedepankan upaya persuasif. Bahkan, pemerintah berharap tidak hanya yang berpuasa yang perlu dihormati, yang tidak berpuasa pun juga perlu dihormati. Bukan pada tempatnya, sweeping dengan cara kekerasan. Niatnya untuk menghormati bulan Ramadhan, tapi cara-cara yang digunakan justru sama sekali tidak menghormati bulan suci. Mari jangan kotori bulan yang suci ini, dengan perbuatan-perbuatan negatif.
Memang, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Jika bulan Ramadhan, kebanyakan penduduknya menjalankan ibadah puasa. Namun, jangan lupa, Indonesia bukan negara Islam. Ada juga umat beragama yang lain yang tidak berpuasa. Bukankah mereka juga punya hak untuk makan di warung juga? Bukankah bu Saeni juga punya hak untuk berjualan juga? Yang penting cara berjualannya tidak vulgar. Nah, kalau yang dilakukan aparat satpol PP langsung merampasnya, bukankah hal itu justru menciderai keberagaman negeri ini?
Sebatas mengingatkan saja, jika proses razia warung makanan di bulan puasa itu bagian dari menegakkan aturan, maka jalankanlah secara manusiawi. Di bulan suci, wajib bagi semuanya mengendalikan hawa nafsunya. Tidak boleh marah-marah seenaknya. Jika ada yang salah atau melanggar, beri tahu secara baik-baik. Jangan langsung main hakim, apalagi main pukul. Islam masuk ke negeri ini dengan cara damai. Kenapa menjaga keagungan Ramadhan, justru dilakukan dengan cara-cara yang jauh dari damai?
Menegakkan agama dengan cara kekerasan, tidak jauh bedanya dengan yang dilakukan ISIS dan para simpatisannya. Kekerasan yang mengatasnamakan agama, harus segera disudahi. Mari kita saling introspeksi diri. Agama mengajarkan kepada para pemeluknya, untuk mengedepankan kedamaian. Tidak ada agama apapun di bumi ini, yang mengajarkan cara-cara kekerasan. Jika ada sebagian oknum yang melakukan itu, bukan salah agamanya, tapi salah orangnya yang mungkin kurang lengkap dalam memahami ayat-ayat Tuhan.
Sekali lagi, jangan kotori bulan yang suci ini dengan perbuatan-perbutan yang merugikan banyak orang. Saling menghargai itu mudah. Tidak perlu keluar keringat, dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Hanya butuh senyuman dan kelapangan dada. Dan tersenyum di bulan Ramadhan, sama hal nya kita sudah melakukan sedekah. So…tunggu apa lagi. Saling menghargailah. Ingatkanlah jika memang bersalah. Tapi jangan merusaknya, atas nama apapun. Salam.