Lihat ke Halaman Asli

Lebih Mengerti Lebih Baik

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa kata yang sudah punya makna yang benar, namun makna tersebut sering kali dibelokkan, dibuat terlalu simpel ataupun praktis. Akibatnya, sering terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan.


  • Canggih
    Canggih adalah kata-kata untuk menunjukkan sesuatu yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sangat-sangat mudah, cepat dan tepat guna. Ini dia keyword pentingnya, tepat guna. Sebagai contoh, saya akan menggunakan ilustrasi yang sederhana, yaitu kalkulator.
    Kalkulator digunakan untuk menyelesaikan perhitungan matematika. Contohnya kalkulator perhitungan sederhana(basic calculator) dan kalkulator yang ada fitur untuk menyelesaikan perhitungan matematika rumit, misalnya sin, cos, tan, pangkat, akar dan lain sebagainya(scientific calculator). Kita harus dapat mengidentifikasi kebutuhan kita sendiri. Misalnya, kita sedang mulai berwirausaha dengan membuka toko kelontong. Pada saat transaksi, untuk mempermudah menghitung berapa harga total barang belanjaan pelanggan kita, kita membutuhkan kalkulator. Maka kita harus membelinya. Kalkulator yang mana yang semestinya dibeli? Kalau saya, saya memilih basic calculator daripada scientific, karena lebih murah dan tepat guna. Buat apa punya kalkulator yang fiturnya macam-macam tapi tidak pernah saya gunakan?
    Sebagai ilustrasi lain, Anda bisa membaca tentang rube goldberg contraption.
    Orang sering kali ingin canggih, tapi sebetulnya malah menjadikan sesuatu menjadi rumit dan tidak tepat guna. Dalam bahasa inggris sering disebut dengan istilah bloated.
  • Mahal
    Mahal atau murahnya suatu barang tidak bisa kita lihat dari uang yang kita keluarkan saja, tapi kita juga harus melihat apa yang kita dapat dengan uang yang kita keluarkan. Misalnya, kita mengeluarkan uang Rp. 125.000.000 dan kita mendapat sebuah rumah baru tipe 36/72 di pinggiran Jakarta pada tahun 2013. Lingkungan yang cukup nyaman dan nyaman, akses jalan mudah, fasilitas sekitar memadai, airnya bersih dan tidak banjir. Tentu saja kita bisa bilang rumah tersebut harganya lumrah. Namun, jika kita mengeluarkan uang dengan jumlah yang sama dan kita hanya mendapat 1 unit sepeda motor biasa jenis bebek, maka kita bisa bilang harga motornya sangat mahal. Jadi jangan terburu-buru menilai suatu barang itu mahal atau murah. Kita harus perhitungkan secara matang terlebih dahulu apa yang akan kita dapat dengan membeli barang tersebut.
    Meskipun begitu, uang yang kita miliki tidaklah unlimited. Tapi, urusan harga barang dengan uang yang kita miliki itu tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan mahal atau murahnya suatu barang. Rumah yang harganya Rp. 125.000.000 tadi terbilang lumrah, tapi jika kita tidak mampu membelinya, bukan berarti rumah tersebut mahal kan? Uang kita tidak cukup untuk membelinya saja.
  • Efisien
    Efisien seringkali berhubungan dengan penghematan. Penghematan adalah akibat dari efisiensi dan penghematan tersebut tidak selalu dalam konteks uang. Lalu, bagaimana efisiensi itu? Esensi dari efisiensi adalah kesesuaian, bukan pengiritan. Contoh, saya ada acara mendadak, mendesak dan penting pada hari Rabu, 20 November 2013 di Yogyakarta, jam 08.00. Hari ini tanggal 18 November 2013, jam 10.00. Dari Jakarta menuju Yogyakarta ada beberapa pilihan transportasi. Bus, kereta api dan pesawat. Bebas mau pilih yang mana karena semua tiket tersedia. Karena mendadak, saya tidak bisa pergi tanggal 18 November karena sedang di kantor mengerjakan pekerjaan rutin saya. Kesempatan saya tanggal 19. Tapi lagi-lagi harus bekerja. Saya apes karena tidak boleh cuti. Jadi saya punya waktu dari jam 4 sore, setelah jam kerja. Naik bus membutuhkan waktu 12 - 14 jam. Naik kereta api membutuhkan waktu 8 - 10 jam. Naik pesawat membutuhkan waktu 1 jam.
    Acara pentingnya berlangsung pagi hari. Kalau saya naik bus paling murah, tapi bisa-bisa sampai di penginapan di Yogya jam 5 pagi. Badan masih pegal karena perjalanan, jam 8 pagi sudah harus ikut acara. Akhirnya, saya tidak dapat mengikuti acara dengan baik dan semua jadi berantakan. Naik kereta lebih mahal, tapi perjalanannya juga memakan waktu. Jalan yang paling aman adalah naik pesawat. Tanggal 19 malam sudah sampai di Yogya, cari penginapan, istirahat cukup. Dan sewaktu hari H, dapat mengikuti acara dengan baik, sehingga hasilnya pun baik.
    Jadi, dengan situasi dan kondisi tersebut, menurut saya lebih efisien naik pesawat, meskipun uang yang dikeluarkan lebih banyak tapi menghasilkan sesuatu yang baik untuk sekarang dan masa depan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline