Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Ibunda...

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Eyang,,,,

Terhatur buat eyang di surga,,,semoga Allah memberikan tempat yang indah di sisinya,,,,,

Eyang dulu sehat,setidaknya setahun yang lalu saat kutemui.Tubuhnya berisi dan gesit bergerak ke sana ke mari.Dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga,Eyang juga sigap mangantar dagangannya yang di pesan orang lain.Bahkan ia tak kenal waktu siang malam.

Walaupun Eyang tak pernah sekolah tinggi,tapi dengan keuletannya ia akhirnya sukses mengembangkan dagangannya hingga mempunyai warung kecil dirumahnya.Kemiskinan di masa silam,membuat yang terpenting baginya adalah cukup bisa menulis dan membaca.Eyang tak punya banyak uang untuk menyekolahkan anak-anaknya.Namun,ia tak pernah lupa berdoa agar mereka tak seperti dirinya.Karena itu Eyang begitu bangga karena bisa melihat ke-17 ankanya bisa bersekolah dengan baik dari hasil ciri payahnya yang hasilnya tidak menentu.

Namun Eyang kini kurursan,berat badannya turun drastis.Pucat menambah pias wajahnya.Eyang yang dulu lincah,sekrang lebih banyak diantar ke mana-mana.Daging dan lemak yang dulu membalut tubuhnya juga semakin berkurang.Hanya tulang yang lebih tampak terlihat.Gigi pun telah banyak yang tanggal.Entah berapa banyak dokter yang telah ditemuinya.Beragam pula konsultasi yang dilakukan,namun kondisi Eyang tak banyak berubah.Penyakitnya,serta komplikasi lain yang membuatnya sulit untuk makan,bahkan untuk memejamkan mata saat kantuk menyapa.Begitu banyak pantangan sehingga hanya bubur nasi yang kerap menjadi hidangan setiap harinya.

Eyang.............

Dengan sapaan itu cucu-cucunya memanggilnya.Hanya satu yang tak berubah dari Eyang.Kerinduan dan rasa cinta yang selalu siap mengguyuri anak-anaknya,bahkan cucunya,menutupi kerapuhan fisiknya.Rasa itu tak pernah pudar dan hilang dari sisinya,sebagaimana yang dipunyai eyang-eyang di belahan bumi mana saja.Eyang memang tampak letih di usianya.Tangannya yang dulu sanggup membuat roti bolu,serta es dawet,kini tampak payah.Tapi dengan fitrahnya,Eyang tak pernah lalai memanjakananak-anaknya serta cucunya sehingga orang lain dimintanya untuk membuatnya.Karena eyang tahu,itu makanan kesukaan anak-anaknya.Ringkih dan renta,hanya itu yang tampak pada Eyang.

Eyang tentu saja sama seperti eyang-eyang lainnya.Uzur dan semakin tua,bukanlah itu penyakit yang pasti tiba dan tak ada obatnya.Saat Eyang semakin lanjut usia,yang rapuh bukan hanya fisiknya,namun juga jiwanya.Eyang butuh perhatian yang lebiah dari anak-anaknya.Kesepian yang kadang menggoda dan membelenggu membuat Eyang selalu tampak merenung dan melamun.Karenanya,tatapan kosong dan mata yang menerawang menjadi rutinitas biasa.Di hari terakhir di rumah sakit Banyuwangi,sebelum lambaian perpisahan Eyang berkata,pada anak-anaknya serta keluarga besarnya untuk meng-ihklaskannya.Mata mengabur,lalu wajahnya tampak beruah air mata dan memejamkannya untuk selama-lamanya.

Terlantun ucapan dari anak-anaknya,,,,,,,

EMak,,,,

Anakmu ini tak bisa,bahkan tak akan pernah bisa membahagiakanmu.Membalas segala pengorbanan yang telah engkau berikan selama hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline