Lihat ke Halaman Asli

Tiga Perempuan Bernama Bunga

Diperbarui: 12 Agustus 2016   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BERTETANGGA dengan bunga, semula kurasakan akan berada di lautan parfum, wangi dan menyedak. Tapi kehidupan telah begitu larut dan memperkosa setiap kata, yang indah dan mudah untuk dijumputi satu-satu, seperti mengambil bijih-bijihan yang jatuh di tanah.

Bunga adalah akar persoalan sekaligus penyebab semuanya.

Pertama, Ia adalah perempuan yang kukenal sejak kecil, dan setelah dewasa akhirnya menjadi istriku. Kedua, kesetian menjaga nama, mengharumkan keluarga, dan selalu mengerti atas setiap persoalan yang terjadi di rumah adalah kelebihan dari Bunga, istriku.

 “ Aku sering tak suka jika namaku dibawa kemana-mana “ kata istriku tiba-tiba menghentak suasana.

 Seminggu yang lalu seorang teroris mati tertembak di kampung sebelah. Di catatan identitas  buku harian, teroris itu punya istri bernama Bunga. Ia  sangat sayang kepada istri dan anaknya., Namun ia telah menelantarkan mereka untuk sebuah urusan yang tidak pernah diketahui oleh anak dan istrinya.

 “Menjadi teroris adalah misteri yang ditanam dan harus selalu dirahasiakan,. Sendiri tanpa melibatkan orang lain “:  tulis  teroris itu  di buku hariannya

Istriku seperti dihantui oleh nama itu, meski nama itu telah menempel menjadi identitasnya sejak lahir. Kali ini ia terusik karena nama bunga , ternayata berkonotasi dengan hal-hal yang mengerikan.dan menyeramkan.

Ada cerita lain masih soal bunga. Lagi-lagi ceritanya juga tidak mengenakkan. Cerita tentang seorang rentenir. Ia adalah tetangga sebelah, yang diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya , menjalani pekerjaan sebagai lintah darat. Ia berkedok meminjami uang dengan cara yang mudah, namun sejatinya perempuan yang bernama Bunga Wati ini telah melakukan pemerasan yang sangat halus. Hingga korbannnya seperti dibuai mimpi dan seolah berada di tengah taman bunga. Meski sejatinya orang yang tengah berada di dalam perangkap rentenir sama juga tengah menjalani kehiduoan ekonomi yang akut dan maut, karena sedang tercekik bunga kredit.

 “ Mas, kau masih sangsi juga dengan nama itu kan ? Apa baiknya aku ganti nama saja ya ?“ kata istriku melanjutkan ceritanya

 Tanpa kujawab , aku kemudian masuk ke kamar melanjutkan pekejaan di depan komputer.

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline