aku suka memelihara pohon sajak
sebab daunnya adalah lipatan kehidupan
yang berjarijari membentuk tekstur garis-garis tangan
rajah atas segala nasib dan kiasan
ia adalah kata-kata dan anak kalimat yang dipaksa menempel
di kambium, dalam galih sukma , sesekali terbaca
sebagai cinta , luka lara, segumpal tawa dan
fatwa atas segala perenungan yang butuh fotosintesa
pohon sajakku adalah rumah bagi
seluruh kegelisahan yang tak beranjak
kadang ia berubah jadi daun kaktus yang menusuk
-nusuk perasaan, namun ia bisa lentur seperti cemara
atau kemladeyan yang menumpang
di tubuh pohon yang tak sanggup mengalirkan pesan
apalagi kalimat bijak yang mengalirkan kebahagiaan
(2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H