Lihat ke Halaman Asli

Rumah Kayu

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tiada yang lebih indah dari rumah kayu
tiang yang berdiri sebagai saka memeluk tubuh cinta
"aku dan kau lahir di sini, dipeluk dinding waktu"
dan kelak saat sunyi ini menipis, dinding itu akan
menyimpan seluruh tautan jiwa yang kita kumpulkan
dari hari-hari yang panjang

seperti desir ombak yang menggiring pasir ke tengah
seperti angin yang singgah di balai-balai, dan takpernah pulang
" aku dan kau menikmatinya tanpa keluh kesah,
karena suaranya adalah bagian dari rasa suka "

rumah kayu yang kujadikan tempat bertahta
adalah singgasana yang kudirikan antara kita
anak kita dan kelak cucu kita
"hingga mereka bisa bermain leluasa, dan tak perlu
bermimpi besar untuk memeluk dinding-dinding rumah
gedongan"

cukup di sini, di tempat yang tak perlu lagi alat pencakar petir
udara pendingin, dan tangga-tangga yang licin bagai tiruan lumut
ganggang

itu lebih dari sekedar menghalau kecemasan
karena di sini, cinta akan lebih punya waktu
untuk dirawat dan disemai

(22-12-2012)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline