tiada yang lebih indah dari rumah kayu
tiang yang berdiri sebagai saka memeluk tubuh cinta
"aku dan kau lahir di sini, dipeluk dinding waktu"
dan kelak saat sunyi ini menipis, dinding itu akan
menyimpan seluruh tautan jiwa yang kita kumpulkan
dari hari-hari yang panjang
seperti desir ombak yang menggiring pasir ke tengah
seperti angin yang singgah di balai-balai, dan takpernah pulang
" aku dan kau menikmatinya tanpa keluh kesah,
karena suaranya adalah bagian dari rasa suka "
rumah kayu yang kujadikan tempat bertahta
adalah singgasana yang kudirikan antara kita
anak kita dan kelak cucu kita
"hingga mereka bisa bermain leluasa, dan tak perlu
bermimpi besar untuk memeluk dinding-dinding rumah
gedongan"
cukup di sini, di tempat yang tak perlu lagi alat pencakar petir
udara pendingin, dan tangga-tangga yang licin bagai tiruan lumut
ganggang
itu lebih dari sekedar menghalau kecemasan
karena di sini, cinta akan lebih punya waktu
untuk dirawat dan disemai
(22-12-2012)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI