Lihat ke Halaman Asli

Kualitas Audio Menentukan Keberhasilan Jurnalisme Radio

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ketika listrik padam, sambungan telepon kabel dan seluler tidak berfungsi, rasanya hanya radio ( dengan tenaga batere) yang mampu menjadi teman, sekaligus sumber informasi satu-satunya yang masih tersisa. Peristiwa memilukan saat gempa bumi Jateng-DIY, Mei 2006 kala itu, menunjukkan betapa jurnalisme radio yang menyajikan info dan berita terhangat , menjadi pilihan yang amat penting.

Tiga tahun pernah bekerja sebagai jurnalis radio, saya bisa merasakan betapa "atmosfer" dan suasana batin yang dibangun lewat pilihan suara dan bunyi yang terukur, bisa membedakan mana sebuah laporan berita (news) atau features yang disampaikan, dikelola dan digarap secara perfec. Beruntung saat itu saya bekerja di sebuah stasiun jaringan radio lokal demokrasi kerjasama dengan UNESCO, sehingga sempat memperoleh beberapa kali pelatihan, tidak hanya seputar materi atau konten pemberitaan, tapi juga teknis, bagaimana sebuah produk jurnalisme, baik berita, features, talk show, dan iklan layanan masyarakat, diproduksi dengan sebuah standar yang representatif. Konsep yang digunakan UNESCO dengan jaringan radio lokal-nya, mengacu pada standar penyiaran BBC, yang telah memiliki standar baku yang baik. .

Maka ketika kemarin pagi ketika di jalan menuju ke kantor, saya mendengarkan laporan langsung dari seorang reporter radio, telinga saya agak "risih", karena kualitas rekaman (recording) hasil wawancara reporter tersebut dengan nara sumber, tidak saja pecah tapi juga terputus-putus. Saya menduga dengan spontan saat itu, pasti alat rekam yang digunakan bukan berstandar baik, demikian juga si reporter tidak dilengkapi dengan alat kontrol dengar.

Terlepas dari materi yang ada, bagaimana pun juga kekuatan jurnalisme radio, tetap pada kulitas audio yang disajikan. Apalagi di tengah persaingan yang amat ketat seperti sekarang ini, yang menuntut sebuah sikap profesional, maka iklim kompetisi media, tak bisa lagi ditawar-tawar tetaplah mengutamakan mutu layanan dan tampilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline