Lihat ke Halaman Asli

Lapuk

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

serasa belum lama sepertinya waktu menyelinap di kulit cemara
demikian khidmat kau memandangi pucuk cemara itu, kosong
yang ditelan awan adalah kumparan nadi-nadi yang putus
tertusuk belati yang bersarang di pinggangmu yang mulai lapuk

patahan yang menyembul di meander sungai tua itu
pernah menenggelamkan lehermu hingga jakun yang kau pelihara
tak lagi bisa nyaring mengusir kelelawar yang mencari buah jambu
yang berjajar di tepian lembah tua itu

sumur yang menua, matahari yang bangka, lelehan lava yang
menyerupai fosil andesit, sebenarnya tak hiraukan akta dan lahir
pada tanggal yang ditentukan

gegar usianya terhimpit dua tebing
yang tinggal menunggu lapuknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline