Lihat ke Halaman Asli

Hikayat Selembar Sarung

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sarung adalah piranti sandang yang paling multifungsi.  Dahlan Iskan pernah mencontohkan, di saat dingin seperti pagi ini, sarung bisa dimodifikasi jadi selimut untuk menutupi bagian bawah (kaki) atau bila suka hanya bagian atas saja tangan dan leher yang akan mendapat jatah, sebab panjang kain  sarung pada umumnya tak sepanjang antara kaki hingga kepala. Pinter-pinternya saja saat mengatur lembaran sarung ini.

Sarung juga bisa dipakai untuk ngejaga saat siskamling. Biasanya dikudungkan hingga sampai kepala. Sarung juga bisa untuk membawa (nggembol-jawa) apa saja yang bisa dibawa, dengan cara mengambil lipatan yang di bawah, kemudian ditarik ke atas sampai di depan perut

Tapi so pasti bagi kaum muslimin, sarung adalah piranti paling "khusyuk " saat  dipakai untuk sholat.

Sarung merupakan penanda bagi negeri-negeri yang bersahaja seperti Indonesia, ia branch image bagi kaum bawah dan juga pencitra bagi kebanyakan para petani, nelayan, buruh bangunan, bakul pasar. Ia adalah personifikasi sebuah struktur sosial masyarakat yang super spesifik.

Maka sangatlah naif, jika sampai ada yang kemudian mengklaim piranti sandang rakyat ini, sebagai ciri yang hanya dimiliki oleh negara tertentu. Bagi  negara yang biasa suka nge-klaim, mohonlah kiranya jangan "membajak" dengan "mengaku-aku"  ini punya sarung. Kebangeten bangeettt deh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline