Lihat ke Halaman Asli

Memahami Semiotika Politik Bagi Pejabat Publik

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memahami semiotika politik, sama halnya dengan belajar melihat dan menganalisa tanda-tanda. Semiotika berasal dari kata Yunani "semieon" yang artinya tanda, simbol, gambar, lambang. Meski istilah semiotika banyak dipakai di dunia kesusasteraan dan kebahasaan, tapi sebagai sebuah keilmuan semiotika bisa digunakan untuk melihat interaksi dan korelasi sosial, berdasarkan sistem penandaan dalam kehidupan manusia .

Di dalam praktek-praktek pengambilan keputusan, seorang pemimpin tidak cukup hanya menerapkan cara dan model komunikasi. Tapi idealnya juga harus mampu menangkap tanda-tanda yang ada. Semiotika politik lebih pada penajaman sebuah gejala mengapa simbol atau tanda-tanda itu muncul, sehingga seseorang kemudian bisa menggunakan tanda-tanda itu ketika berkomunikasi denga siapapun (publik)

Seorang pejabat politis (publik) akan lebih mudah ketika bisa menangkap apa saja yang terjadi di tengah masyarakat, apa yang sedang dirasakan oleh masyarakat ( tanda-tandanya rakyat menginginkan sebuah penyelesaian karena tengah merasakan sesuatu yang menghimpit dalam hidupnya,   misalnya mahalnya beaya kesehatan, sulitnya memenuhi kebutuhan hidup primer, maraknya pengangguran, kemiskinan,dsb,   yang kemudian tanda itu diwujudkan dalam bentuk eskpresi : kekesalan, marah, arogan, acuh,  kepasrahan, frustrasi, dsb). Sehingga ketika seorang pemimpin hadir di tengah-tengah rakyat, bukan lagi dalam konteks sedang menawarkan sebuah program, tapi justru harus mampu menangkap tanda-tanda yang dirasakan rakyat, dan kemudian siap untuk memberikan solusi dan penyelesaian.

Kalau yang demikian mampu diserap dan diintrodusir oleh pejabat, ibarat kunci pintu ia akan sama dan serumah dengan gemboknya. Maka  secara psikhologi kondisi ini akan bisa dirasakan, sebuah masalah  bersama> Dengan demikian kehadiran para pemimpin publik ketika berada di tengah masyarakat akan mudah diterima, dan tidak lagi meninggalkan tambahan beban bagi rakyat.  Disinilah sebentuk trust akan dibangun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline