Sudah pernah bergabung dengan Pramuka? Kalau dulu Anda mantan Pramuka alias Praja Muda Karana pasti masih ingat dengan aktifitas bertepuk tangan bukan? Itu tuh, saat kakak pembina berteriak,"Tepuk Pramuka!" Sontak dijawab dengan tepukan berirama..prok..prok..prok..Khas Pramuka.
Berbicara masalah tepukan tangan, ada berita yang membuat saya senyum-senyum sendiri. Bukan mulai gila, tapi geli membaca berita mengenai Pak Jokowi. Pasalnya Presiden kita itu sempat terheran-heran. Lha kok Presiden heran, saya kegelian? Iya, geli, pasalnya Pak Jokowi heran karena para Walikota yang berkumpul di Acara APEKSI tidak mau tepuk tangan meski dijanjikan uang ratusan milyar setiap daerah tahun depan. "Saya heran, wong diberi dana 100 milyar kok ngga ada yang tepuk tangan." Begitu ujar Presiden di depan para pemimpin daerah itu.
Ah Bapak Presiden, tentu ini bukan hanya masalah tepuk tangan toh? Soalnya tepuk tangan itu salah satu sikap yang menunjukkan bahwa hadirin setuju atau menerima dengana apa yang diucapkan oleh sang pembicara. Hmm...jadi kalau tak ada tepuk tangan bagi Presiden, itu artinya para Walikota itu tak setuju atau bahkan tak percaya dengan kata-kata Presiden? Jawaban pertanyaan itu bisa "Ya" bisa juga "Tidak".
Otak saya yang tidak encer ini terus mencari, apa kira-kira alasan para walikota itu tidak mau tepuk tangan. Padahal biasanya para pejabat itu paling demen kalau daerahnya dapat bantuan pemerintah pusat. Bahkan banyak tuh para pejabat daerah harus ke Jakarta untuk "mengemis-ngemis" kepada pejabat pusat agar dana untuk daerahnya segera dicairkan, syukur-syukur ditambah. Bukan demikian saudara-saudara? Atau jangan-jangan....Para Walikota itu sudah tak membutuhkan lagi dana pusat untuk membangung daerahnya? Kalau itu yang terjadi, alhamdulilah!
Mungkin, para Walikota itu terjangkit penyakit yang sama yang diderita oleh sebagian besar rakyat Indonesia yaitu pesimis dengan janji-janji. Kita sudah merasakan bukan, bagaimana sakitnya kalau cuma di-PHP-in sama pejabat. Khususnya ketika kampanye politik sedang panas-panasnya. Uh, sepertinya lautan Indonesia tak cukup menampung janji-janji manis para politikus itu. Nah, sekali lagi, mungkin, para walikota se-Indonesia itu merasa pesimis dengan janji Pak Jokowi."Paling-paling meleset lagi." Begitu pikir mereka. Ini mungkin lho ya....
Mungkin yang kedua, Pak Jokowi belum menjelaskan bagaimana pola pemberian dana tersebut. Jadi mereka belum paham "posisi" mereka dalam berbagai proyek-proyek yang akan didorong oleh pemerintah pusat. Yah, maklum saja, "posisi" itu mempengaruhi "prestasi". Paham maksud saya toh? Maksud saya kalau "posisi" mereka benar "prestasi" mereka juga bagus. "Prestasi" itu bisa apa saja, silakan diartikan sendiri mengenai "prestasi" ini.
Mungkin yang ketiga, saya serahkan kepada kompasianer sekalian. Otak saya sudah beku mencari yang "mungkin" ketiga ini soalnya he.he.he.he.
Kalau saya boleh usul kepada Bapak Presiden. Kalau sekedar ingin memperoleh tepuk tangan dari para pejabat gampang aja kok pak. Pertama, ikuti cara presiden yang terdahulu, yang pinterrrr banget membangun citra. Sebelum acara dimulai, sekretaris kabinet atau siapa-lah yang bapak percaya mengajarkan para pejabat bertepuk tangan. Semua diatur pak, yang rapi. Biar saat diliput media, seolah-olah Bapak Presiden mendapat sambutan hangat nan mesra dari pejabat.
Kalau itu belum berhasil, cara ini bisa dilakukan. Ajak mereka tepuk pramuka. Pasti mereka akan mengikuti perintah bapak. Syukur-syukur para pejabat itu mengingat masa lalu mereka saat menjadi Pramuka. Dimana jiwa patriot, membela kebenaran, kejujuran dan keberanian membela yang lemah ditanam dalam-dalam pada relung jiwa kanak-kanak dan remajanya.
Salam Pramuka!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H