Waktu sudah menunjukan pukul 11.00 siang, namun suasana masih seperti pagi hari. Kabut tampak menyelimuti Telaga Dringo, di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Danau di ketinggian 2200 meter diatas permukaan laut itu hanya tampak tepiannya saja.
Muhammad Abas (22), tokoh pemuda Desa Pekasiran yang menemani kami berkunjung ke Telaga Dringo tampak sedang menceritakan potensi wisata alam di desanya, termasuk Telaga Dringo yang mirip dengan Ranukombolo di Semeru.
Tak jauh dari Telaga ini, ada kawah Candradimuka yang menyuguhkan pemandangan berupa Semburan air panas (Fumarola) setinggi sekitar 1 meter. Nama Candradimuka diambil dari cerita pewayangan tempat Gatutkaca ditempa kesaktiannya.
Telaga Dringo dan Kawah candradimuka adalah wisata alam yang masih dalam kawasan dataran tinggi Dieng. Panorama keindahan alam di Kecamatan Batur ini sangat memanjakan mata, daerahnya berbukit dengan hamparan perkebunan sayuran yang hijau. Di atas telaga dringo, bahkan masih ada hutan heterogen yang rimbun dengan pepohonan beraneka macam. Jika beruntung, kita bisa melihat sekawanan elang jawa yang terbang meliuk-liuk di langit, seolah sedang mengintai mangsanya.
Menurut Yahya (45) yang juga perangkat desa Pekasiran, Kecamatan Batur yang menyertai kami, ia menjelaskan bahwa beragam wisata alam di kawasan dataran tinggi Dieng di desa Pekasiran ini belum banyak yang mengenalnya. Sebagian besar wisatawan hanya berkunjung ke kawasan Candi Dieng, Telaga Warna, dan Kawah Sikidang. Sementara masih ada wisata alam lain yang tak kalah menakjubkan, seperti telaga Dringo ini.
Selain wisata alam berupa telaga diketinggian 2200 meter di atas permukaan laut itu, disini ada Kawah Candradimuka dan Sumur Jalatunda. Sebuah sumur yang terbentuk akibat erupsi gunung Dieng pada masa lalu. Sumur itu sangat luas dan dalam. Konon, jika kita mampu melemparkan batu hingga melewati diameter sumur, segala keinginan kita dapat terpenuhi.
Lokasi wisata alam sumur Jalatunda, kawah Candradimuka dan telaga Dringo tak jauh dari kawasan Candi Dieng. sekitar 12 km, arah barat dari Dieng. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit menggunakan kendaraan pribadi/sepeda motor dari kompleks wisata candi di Dieng.
Tak rugi jika menyempatkan diri berkunjung ke desa Pekasiran ini. Kami disambut dengan rumah oleh Kepala Desa, perangkat desa dan beberapa pemuda. Warga disini sangat ramah, tak habis-habisnya senyum kami mengembang "menjawab" sapaan penduduk saat berpapasan.
Keindahan hari itu semakin lengkap, saat kami di jamu minum teh ditemani gorengan "tempe kemul" sambil duduk-duduk di meja pendek disamping tungku dapur rumah Kepala Desa. Sudah menjadi kebiasaan warga disini, setiap pagi dan sore mereka bercengkerama duduk di kursi kecil (dingklik) mengelilingi meja yang tingginya hanya 30 cm. Kenapa di dekat tungku di dapur? karena ruangan ini hangat. Maklum, rata-rata suhu disini 10-15 derajat celclius setiap harinya.
Mau menikmati sensasinya? Ayo ke Pekasiran, Batur, Dataran Tinggi Dieng. [@budhihermanto]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H