Lihat ke Halaman Asli

MBudiawan

Indahnya Alam Papua

Belanja Batu Akik Cyclop Papua Murah di Jalan Bandara Sentani

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesawat mulai berputar diatas Danau Sentani yang indah, bersiap untuk Landing. Bukit-bukit kehijauan menghiasi di sekeliling danau, sungguh indah pesona tanah Papua.

Selepas pesawat mendarat, saya langsung menuju ke luar dari Bandara Sentani. Begitu sampai diluar, saya disuguhi sebuah pemandangan yang indah pula, dari tempat jemputan di area parkir, terpampang dihadapan kita pegunungan hijau dengan dihiasi oleh kabut-kabut tipis. Salah satunya adalah pengunungan cyclop.

Cyclop? Nama tersebut sekarang ramai dibicarakan, bukan kareana sebab dari sanalah batu yang biasa dijadikan mas kawin oleh orang Papua diambil. Nama tersebut mencuat seiring dengan makin naiknya trend batu akik di tanah air. Batu Cyclop Papua ikut terdongkrak, Ma Ce dan Pa Ce Papua menjadi punya penghasilan lain.

Mau beli Batu Cyclop di Pulau Jawa sana, sudah pasti harganya selangit. Disini tidak jauh dari Bandara Sentani tepatnya di Jalan Bandara, sebelah kiri setelah keluar dari gapura bandara. Kita akan menemukan banyak penjual batu bongkahan bahan dasar batu akik. Mereka menjual dagangannya dengan cara menggelar terpal dan karung plastik di halaman parkir dan trotoar.

Setelah berkeliling, setiap ditanya ini jenis batu apa? Selalu mereka menjawab batu Cyclop. Lho, bukannya batu Cyclop itu warnanya hijau, merah, biru dan orange saja? Ternyata itu salah, batu Cyclop itu beraneka ragam. Kalau Ma Ce dan Pa Ce penjual bilang semua itu batu Cyclop, memang tidak salah. Toh batuan itu memang diambilnya dari pegunungan Cyclop yang letaknya tidak jauh dari bandara Sentani.

Mengenai harganya, cukup murah. Dari harga sepuluh ribu sampai dengan ratusan ribu. Namun bukan berarti tidak ada yang harganya jutaan, tapi rata-rata sih harganya dikisaran Rp. 50.000 s/d Rp.300.000.

Saya mencoba menawar beberapa batu Cyclop sekaligus. Batu Badar Besi, Batu Lumut dan Batu Lavender, siapa tahu dapat harga borongan.

“Kurangin ya, Ma Ce. Turun sedikit, lah....” ujar saya sambil menatap penuh harap, he...he...

“Itu sudah. Batu tidak turun kemana-mana, dia duduk disitu sudah...”jawabnya dengan lurus.

Inilah yang  kadang yang membuat mereka kalah bersaing dengan pendatang dalam hal urusan jual beli, belum mau belajar bagaimana caranya supaya pembeli merasa senang.

Setelah meninggalkan Ma Ce, saya menghampiri Pa Ce yang menggelar jualananya tidak jauh dari situ. Tampak sebuah batu Cyclop berwarna biru.  Batu ada 2 buah, satu besar sementara yang satu sudah dipotong kecil. Kembali saya gagal menawar batu tersebut.

Setelah berputar-putar menghampiri setiap penjual batu, mata saya tertuju ke seberang jalan. Disana terlihat banyak juga yang menjual batu, kelebihannya mereka sudah membawa mobil dan alat untuk membuat batu akik seperti gerinda.

Penjual semuanya adalah pendatang. Disana, batu-batu sudah dipotong menjadi petak-petak kecil. Ternyata setelah saya tanya dibeberapa tempat, harganya selangit. Ada potongan batu lavender untuk bahan satu buah batu akik ditawarkan Rp.1.5 juta! Bayangkan, berapa selisih harga dengan yang ditawarkan oleh Ma Ce diseberang sana. Sangat jauh.

Waktu sudah menunjukan jam 4 sore, pedagangpun sepertinya sudah ada sebagian mulai membereskan batu-batu miliknya. Saya kembali menghampiri Ma Ce yang tadi.

“Akhirnya balik lagi. Sudah yang tadi ambil saja” katanya kearah saya yang sedang memegang batu lumut hijau dan batu berwarna kekuningan.

“Tuhan kan Maha Kasih... Tuhan sekarang melembutkan hati saya yang keras tadi. Bos boleh ambil, dua batu itu Rp.50.000 saja....” tambahnya sambil mengambil kantong plastik hitam. Tanpa panjang lebar saya bayar.

Selesai dari sana saya menuju ketempat Pa Ce yang menjual Batu Cyclop warna biru tadi. Biar lah saya beli saja batu yang ditawarkan tadi seharga Rp. 50.000. Namun yang ada tinggal yang bongkahan besar saja,yang kecil sudah laku. Peleh....

Saran saya, jika anda  merasa ada batu yang cocok, beli saja langsung. Bukan tidak mungkin saat anda kembali lagi batu tersebut sudah diambil orang. Toh harganya tidak seberapa.

Hari itu saya berhasil membawa bongkahan Batu  Lavender, Hijau Lumut, Pancawarna, badar Besi dan Batu Jaham seharga hanya Rp.300.000 saja. Lumayan untuk oleh-oleh keluarga dan kawan saat pulang ke Bandung. Semuanya batu Cyclop, karena diambilnya dari Gunung Cyclop.  Ya untuk oleh-oleh saja, karena saya memang tidak hoby dengan batu Akik.

Selain di Jalan Bandara, di Abepura dan Jayapura juga bisa ditemukan penjual batu Cyclop, namun kalau melihat harga dan keragaman batu, lebih beragam dan murah yang di Jalan Bandara Sentani.

Selamat berbelanja Batu Akik Papua, dijamin murah....!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline