Lihat ke Halaman Asli

Sophie Love

Ibu Rumahtangga

Presiden Pilihan Rakyat Jelita

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri, PilPres kali ini luar biasa hebohnya. Analis, pengamat, dan komentator dadakan bermunculan, ngalahin laron abis hujan. Dan brisik pula. Mulai dari kelas pasar, warkop, dan angkot, sampai - terutama- di Medsos. Aduh itu yang namanya timeline di Facebook kotornya bukan main. Isinya saling serang, saling hujat, saling fitnah antar kedua pemuja. Ya,Pemuja! Habis, kefanatikannya udah melebihi penggemar sih. Rela kehilangan teman hanya karena berbeda pilihan. Berani ambil resiko menyakiti hati kerabat, dengan dalih kebebasan berpendapat. Hmm... Padahal hanya untuk lima tahun ke depan kok. Setelah pemilu usai, apakah hubungan silaturahmi yang sudah ternoda bisa dengan gampang direparasi seperti kipas angin rusak?
Mengamati para Jurkam MedSos ini, aku jadi berpikir-pikir tentang pilihanku sendiri. Sebagai seorang yang bangga punya hak pilih dan selama ini anti golput, aku jadi terombang - ambing, swing voter, ya istilahnya.. Bahkan sempat terpikir untuk Golput. Mungkin "kesalahan" ku adalah karena menilai kedua CaPres dari postingan para pemuja dari kedua kubu. Kira-kira begini:
#01
- Pelanggar Ham (penculikan, dalang kerusuhan)
- Temperamental sampai kena stroke (Bell's Palsy?)
- Islam garis keras, Islamisasi
- Muallaf karena menikah, keluarganya non muslim
- Antek OrBa (mantan menantu Soeharto)
- Dikelilingi koruptor
- Alat Vitalnya Palsu
- Pengusaha kaya
- Jomblo, gagal rumahtangganya sampai anaknya jadi banci
- Wakilnya punya kasus diskriminasi hukum ( anaknya nabrak sampai korban meninggal dunia, tapi tidak dihukum)
#02
- Pembohong dan tidak amanah, karena pernah bilang tidak akan nyapres (ga mikir), selalu dibilang sederhana, waktu pakai jet pribadinya JK, diam2 aja. Wakilnyapun bohong, karena pernah bilang akan pulang kampung urus mesjid, waktu gagal nyapres.
- Tunduk sama ketua Partai. Pekerja partai?
- Tunduk ama kekuatan modal asing, makan malam ama dubes2 setelah deklarasi.
- Kristenisasi, dengan backing cukong James Riyadi
- Belum punya kapasitas cukup utk jd presiden, cukup setingkat kepala daerah, ga punya Visi
- Blusukan? Indonesia ini bukan Jawa saja. Pencitraan doang.
- Dikelilingi para Jenderal pelanggar HAM
- Dikepung para koruptor terutama dari PDIP
- Buka Rekening untuk kasi jalan masuk uang haram
- Didukung para pendusta yang jilat ludah sendiri (JK, Anies Baswedan)
Yang membuatku berkesimpulan, pilihan kali ini adalah antara Jenderal Fasis dan Presiden Boneka. Hawdeh!
Kemudian, kusadari bahwa satu suara itu berharga. Dan, adalah kebodohan menilai CaPres dari postingan JurKam MedSosnya. Itu serupa, menilai agama, dari perilaku umatnya. Harusnya, kan kalau tertarik dengan satu agama, baca kitab sucinya. Jadi, sebelum tentukan pilihan, aku putuskan untuk mendengarkan visi dan misi kedua belah pihak, dengan nonton debat Capres. Debat pertama, kutonton dengan cukup perjuangan. Karena di rumah tidak ada TV ( memang tidak tertarik untuk membuat anak-anakku terpapar sampah di TV), jadilah nebeng di rumah ortu. Terimakasih untuk suamiku yang baik hati bersedia nungguin kedua jagoannya di rumah :-).
Catatan di debat Pertama:
- Cawapres01 menegasi/ membantah pernyataan Capres01 tentang Demokrasi adalah Alat. ( lengkapnya lupa, harus ngeyouTube nih)
- Capres Cawapres02 pakai jas, tidak konsisten ah dengan jargon merakyatnya.
- Capres01 bilang gaji pejabat kurang, bikin korupsi. Alamak. Tidaak. Ntar anggota Dewan minta tambah juga.
- Capres02 bilang ttg pemekaran wilayah, kalau sudah dimekarkan, tidak sesuai kita ambil lagi (tepatnya kalimatnya lupa, tapi kurang lebih isinya demikian,  .... Sudah mekar mau dibatalkan?)
-Capres02 bicara tentang e-govermnent. Hmm.. Kalau di Singapura yang wilayahnya seuprit, ini pekerjaan gampang kali ya. Tapi Indonesia ini luas gan... Sinyal HP aja tidak merata kok.
-Capres02 bolak balik mempersilahkan CaWapres02 untuk menjawab. Awas disalip ama Wapres striker.
-Capres01 jawaban normatif, konsep tanpa contoh.
-Capres02 bawa apa tuh kertas nongol? Kalau contekan kok tidak masuk akal ya?ooh ternyata Katanya titipan doa ibu. Aduh. Terharu saya. Hhmm serius terharu? Tidak. Aku pikir ini terlalu lebay dan didramatisir. "Contekan" doa ibu, diselipin di jas sampai terlihat pemirsa, agar timbul kesempatan klarifikasi. Kalau bukan Pencitraan, apa donk? Hus. Bukan waktunya berpikiran negatif. Kritis boleh, fitnah haram.
Sudah ah. Semoga bisa nonton Debat Kedua. Dan debat-debat seterusnya, supaya bisa punya gambaran yang lebih obyektif, dan tidak perlu GolPut.
Bagaimanapun, kedua tokoh ini adalah tokoh terbaik yang kita punya saat ini. Buktinya beliau berdua bisa jadi CaPres. Dengan pemuja fanatik pula. Artinya, suka atau tidak, salah satunya akan jadi pemimpin kita selama lima tahun ke depan. Ya toh.
Salam Cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline