Lihat ke Halaman Asli

[FISUM] Antara Aku, Kecelakaan, dan Rumah Sakit

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bikinan Bubup Prameshwara (P.S.K)
No. peserta 156

"wiuw..wiuw..wiuw..wiuw..wiuw"

Deru ambulans memasuki pelataran rumah sakit yang putih berkilau. Di dalam ambulans tersebut tergolek sosok tubuh atletis yang bersimbah darah, bahkan di beberapa bagian masih ada yang mengucurkan darah segar. Ambulans berhenti di depan lobi dan disambut beberapa perawat jaga yang kemudian dengan cekatan menurunkan korban dan segera membawanya ke IGD. Terlihat beberapa orang yang turut serta mengiringi menuju ke ruang IGD.

Beberapa saat kemudian...

Aku tergopoh-gopoh memasuki lobi rumah sakit dan dengan penuh kecemasan menanyakan pasien yang bernama Om Pasikom yang baru saja masuk ke Rumah Sakit ini beberapa saat yang lalu, sambil terus memikirkan keadaan Om Pasikom yang menjadi korban tabrak lari.

"Maaf mas, belum ada di daftar pasien. Langsung saja menuju ke IGD ya mas," kata recepsionis yang bertugas.

Jawaban dari recepsionis makin membuat pikiranku melayang tidak karuan. "Masih di IGD? Ya Allah, berarti masih dalam penanganan tim dokter. Semoga tidak seperti yang kubayangkan," gumamku dalam hati.

Aku bergegas menuju ruang IGD yang tidak begitu jauh letaknya dari lobi. Di depan ruang IGD terlihat beberapa orang yang familiar bagiku. Ada pak Ahmad Jayakardi, om Erri Subakti, mbak Yayat, dan masih ada beberapa lagi yang aku tidak begitu memperhatikan karena pikiranku masih kalut memikirkan apa yang terjadi dengan Om Pasikom yang berada di ruang IGD.

Tiba tepat di depan ruang IGD, pak Ahmad menghampiriku. "Sabar ya dik Bubup. Entah saya tiba di TKP berapa lama setelah waktu kejadian. Yang penting sekarang kami sudah mengusahakannya agar cepat dibawa ke Rumah Sakit, selanjutnya tolong dibantu dengan doa yaa".

Sambutan dari pak Ahmad makin membuat diriku makin tak menentu. Mata serasa berkunang-kunang, kepala jadi begitu berat dan tubuh ini berubah sangat lemas. Bahkan untuk berdiri tegak pun aku sudah merasa tidak kuat. Beruntung ada om Erri, om Alex dan bang Trihito yang menopang tubuhku mencegah agar tak tersungkur ke lantai karena lemas. Mereka kemudian membawaku dan menyandarkan tubuhku ke bangku tunggu. Aku hanya terduduk lemas, terlihat olehku mbak Niken dan Tante Paku baru datang dan segera menghampiriku. Tak banyak kata yang diucapkan mereka berdua, hanya sekedar menepuk pundakku dan kemudian mereka berdua terlibat obrolan serius dengan pak Ahmad.

Setengah jam kemudian...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline