Lihat ke Halaman Asli

Cerita di Balik Peluncuran Buku Kurikulum Sepakbola Karya Timo Scheunemann

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13372357701435846389

[caption id="attachment_177588" align="aligncenter" width="535" caption="Buku kurikulum setebal 277 halaman (ilustrasi: punya om Chris Win)"][/caption]

Pagi hari di Minggu yang cerah, 13 Mei 2012, saya pada saat itu sedang merekam momen-momen Kejurnas Lari 10 KM Piala Menpora VI yang diadakan di Wonogiri. Setelah beberapa kali mengambil momen-momen menarik menggunakan kamera DSLR yang saya pinjam dari teman, iseng saya membuka handphone untuk sekedar buka internet. Ternyata juga ada undangan tak langsung untuk menghadiri peluncuran buku kurikulum yang beberapa waktu lalu telah diselesaikan oleh Direktur Pembinaan Usia Dini PSSI, Timo Schuenemann, yang sedianya akan diadakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012, bertempat di kantor PSSI.

[caption id="attachment_177586" align="aligncenter" width="609" caption="Kejurnas Lari 10 KM Piala Menpora VI (ilustrasi: doc pribadi)"]

1337235425268241998

[/caption]

Senin pagi saya coba untuk tanya tiket di stasiun untuk keberangkatan ke Jakarta nanti sore. Ternyata tiket kereta api (apalagi kelas ekonomi) sekarang sudah seperti tiket pesawat, harus memesan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Mungkin ini karena bertepatan dengan jelang liburan sekolah, pikirku saat itu. Tapi ternyata saat saya tanyakan ke beberapa teman, memang sekarang PT KAI menerapkan aturan baru bahwa pemesanan tiket bisa dilayani untuk keberangkatan beberapa hari ke depan.

Yasudahlah, memang belum bisa saya menghadiri peluncuran buku tersebut. Pada malam harinya, dapat kabar bahwa peluncuran buku kurikulum diundur menjadi hari Rabu, 16 Mei 2012, bertempat di kantor PSSI mulai pukul 13.30 WIB. Besok paginya (Selasa –red), atas informasi yang saya dapatkan dari seorang teman, saya menuju ke sebuah agen penjualan tiket yang biasa menjadi langganannya. Segera saya meluncur ke tekape untuk menanyakan tiket kereta (biasa coy, tiket kelas ekonomi, hahay)untuk keberangkatan nanti sore dengan tujuan Jakarta. Sungguh sayang, lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena tidak mendapatkan tiket, akhirnya saya harus merelakan tidak dapat menghadiri acara peluncuran buku kurikulum oleh Coach Timo.

Yasudahlah, cause everything is gonna be okay. Berhubung memang ada kendala dan tak bisa menghadiri peluncuran buku kurikulum tersebut, maka saya nantikan kabar saja mengenai berita tersebut dari teman-teman yang menghadirinya. Beruntung sebelumnya saya sendiri sudah mengunduh buku kurikulum ini berkat om Chris Win yang dengan rela meluangkan waktunya untuk membuat website khusus agar soft copy buku kurikulum ini diunggah. Sebelum situs-situs lain seperti www.pssi-football.com www.premierelegue.co.id dan yang lainnya mengunggah buku kurikulum ini, maka www.binasepakbola.com yang notabene masih versi beta sudah mempublikasikan pertama kalinya. Hasil 3 jam om Chris Win bergelut dengan hal-hal yang berhubungan dengan IT (istilah opo meneh ki, gk mudeng inyonge) dan kemudian mempublikasikan hasilnya, ternyata mendapat tanggapan diluar dugaan sebelumnya. Sampai setengah hari peluncuran, jumlah pengunduh buku kurikulum sudah menembus diatas 1200x unduhan. Sedangkan hingga reportase ini dipublikasikan, jumlah pengunduh mencapai diatas 3000x unduhan.

Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia

Ketika membaca bagian pendahuluan dalam buku ini, langsung dapat kita jumpai kenyataan bahwa ternyata masih banyak yang salah kaprah mengenai pembinaan sepakbola kita di level junior. Berikut kutipan dari paragraf pertama bagian pendahuluan :

Xavi, gelandang FC Barcelona, saat ditanya kehebatan FC Barcelona menjawab demikian, “Di La Masia (akademi FC Barcelona) kami tidak ditempa untuk menang namun untuk berkembang”

Tentu saja ini merupakan kalimat dari seorang bintang sepakbola dunia yang terasa sangat menohok bagi realitas yang ada di Indonesia. Seperti yang sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap pelatih memanglah kebanyakan mempunyai orientasi terhadap prestasi, haus kemenangan di setiap laga maupun turnamen yang diikuti, begitulah kira-kira. Dengan orientasi yang seperti ini, maka tak heran bila kemudian muncul fenomena seperti penyuapan wasit, penyuapan panitia, pencurian umur, dan hal-hal ganjil yang menciderai sportifitas lainnya. Sebagai pelatih (terutama untuk usia dini) tentu saja dituntut untuk lebih berorientasi pada pembentukan karakter terhadap anak didiknya. Apa jadinya kelak pemain saat dewasa bila waktu kecil saja sudah disuguhi aroma-aroma tak sedap yang sangat bertentangan dengan semangat olahraga.

Dengan orientasi pengembangan skill, pembangunan mental dan karakter yang efektif & efisien, maka tak heran apabila kita menemui  hal-hal luar biasa seperti yang kini dialami oleh FC Barcelona maupun Ajax Amsterdam di era 90-an dengan catatan segudang prestasinya. Prestasi hanyalah akan mengikuti bila sudah melakukan pembinaan yang baik dan benar. Terbukti, dengan segudang talenta yang dihasilkan, tak ada yang bisa membantah bahwa torehan prestasi FC Barcelona di beberapa musim ke belakang memang membanggakan, termasuk pula torehan prestasi Ajax Amsterdam di era 90-an dulu.

Beruntung buku kurikulum yang disusun oleh om Timo ini bukan hanya berisikan materi mengenai cara-cara latihan dasar bagi pesepakbola level junior saja. Tapi juga berisikan mengenai  pemahaman aturan permainan dalam sepakbola, pengenalan mengenai cidera dan trik-trik agar terhindar dari cidera yang parah, pembahasan mengenai nilai gizi yang sepantasnya didapatkan bagi si anak, hingga peran serta orang tua dalam membina mental dan kedisiplinan si anak tersebut. Satu catatan penting yang bisa saya tangkap dari om Timo adalah, belajar bukan hanya sebatas di lapangan dengan memahami intruksi pelatih saja, namun belajar bisa dimana saja dan terhadap apa saja. Saat di rumah, anak dihadapkan pada pekerjaan rumah yang diberikan oleh orang tua, niscaya akan melatih rasa tanggung jawab. Bangun pagi berangkat ke sekolah meski badan capek, niscaya akan melatih kedisiplinan. Selalu bercerita ke orang tua mengenai apa yang didapatkan seharian di sekolah dan di lapangan, niscaya akan melatih komunikasi.

Buku kurikulum telah diluncurkan, selanjutnya apa?

Kemarin (16/5) telah resmi diluncurkan buku “Kurikulum & Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia” untuk usia dini (5-12), usia muda (12-20), dan senior. Acara peluncuran yang dimulai pada pukul 16.05 ini dihadiri oleh Timo Schuenemann selaku penulis dan direktur pembinaan usia dini, ketum PSSI, perwakilan Kemenpora, perwkilan Kemendikbud, perwakilan ASSBI, dan beberapa undangan lain, termasuk perwakilan dari suporter pecinta sepakbola yang rela meluangkan waktunya untuk mengawal program pembinaan usia dini.

Tak ada perjuangan yang tidak mempunyai kendala dan permasalahan, termasuk dalam hal mengenai buku kurikulum yang disusun oleh om Timo ini. Database SSB yang seharusnya dipunyai PSSI, belum juga terkumpul. PSSI tingkat Pengprov/Pengcab entah kemana kerjanya dalam mengurusi daerahnya, database  SSB di daerahnya pun bisa saja pengurus tersebut gelagapan menjawabnya. Tak jadi soal, sekelompok suporter pecinta sepakbola rela bekerja keras untuk mengumpulkan data-data mengenai SSB-SSB yang ada di seluruh Indonesia. Pengumpulan data diperoleh dari ASSBI dan juga perburuan sana-sini berdasarkan informasi dari member satu ke member yang lain. Dan atas perburuan ini pula, om Chris Win dan tante Natali Wijanto mengumpulkannya dalam satu database yang dikelompokkan per daerah.

Sudah sampai disitu? Ahhh ternyata belum, kondisi kas minus di PSSI sejak peralihan pimpinan pada Juli tahun lalu, distopnya dana APBN sebagai operasional PSSI, hingga pemasukan dari kompetisi yang masih tambal-sulam digunakan kesana-kemari, menjadi permasalahan tersendiri untuk mencetak buku kurikulum dan pendistribusian ke semua pelatih SSB di seluruh Indonesia. Coba bandingkan dengan kepengurusan periode lalu yang mendapat anggaran hingga satu trilyun per tahun, hingga saat terakhir sebelum dilengserkan pun dengan “gagah berani” mengajukan proposal dana APBN hingga 1,5 trilyun. Ckckckck, bandingkan dengan kondisi saat ini yang bisa dibilang sangat “kere”, itu pula masih harus mengahdapi gangguan-gangguan dari luar sistem.

Beberapa hari lalu seorang pecinta bola merelakan melelang merchandise kesayangannya yang berupa bola Barcelona yang bertanda-tangan 14 pemain Barcelona 2007/08. Hingga saat ini bola tersebut masih tercatat dengan pelelang tertinggi adalah Kintoko Adjie dengan penawaran Rp 1,2jt. Nantinya 100% dari hasil lelang ini akan disumbangkan kepada om Timo sebagai bantuan alakadarnya guna mencetak buku kurikulum dan dibagikan gratis kepada pelatih SSB se-Indonesia.

Dengan rencana mencetak hingga 3000 buku untuk dibagikan, dan video tutorial yang belum juga diperbanyak, tentu sangat membutuhkan biaya yang tak sedikit. Asumsi kasarnya saja, bila buku+video adalah (seumpama) seharga Rp 25.000,- maka untuk 3000 yang akan dibagikan memerlukan anggaran sebesar Rp 75.000.000,- dan itu juga belum termasuk anggaran untuk pendistribusian ke seluruh Indonesia.

Menyikapi hal ini, maka solusilah yang diperlukan, bukan hanya diam meratapi nasib yang tidak bersahabat. Sebenarnya pada Minggu (13/5) di Kejurnas Lari 10 KM Piala Menpora VI kemarin, saya berharap Menpora hadir dan saya akan nekad menerobos barisan aspri guna menanyakan pernyataan Menpora beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa dana untuk pembinaan usia dini tetap diberikan oleh pemerintah. Tapi sungguh sayang, beliau memang tak dijadwalkan untuk menghadiri Kejurnas Lari 10 KM ini.

[caption id="attachment_177591" align="aligncenter" width="640" caption="Tante Natali, perwakilan suporter yg menerima buku karya om Timo, dan diberikan langsung oleh Prof Djohar Arifin (ilustrasi: punya MJ)"]

13372359931180331469

[/caption]

Solusi, solusi, solusi, mana solusi ???

Saat ini di kalangan pecinta sepakbola nasional, terutama yang menyoroti tentang pembinaan usia dini, tengah diadakan kajian underground untuk dapat turut membantu program pembagian gratis buku kurikulum kepada para pelatih SSB di seluruh Indonesia. Penyusunan proposal untuk ditujukan kepada perusahaan yang mempunyai produk yang selama ini seringkali menjadi sponsor event-event olahraga, kini tengah digodok agar dapat direalisasikan menggaet sponsor yang mau memberikan kontribusi bagi pencetakan skala besar buku kurikulum ini.

Denger-denger juga nich bang Darius Sinathrya juga mau “melobikan” dalam hal pengajuan proposal ke pihak sponsor. Hmmz boleh juga nich, usul aaaaah : “Ayolah bang, lo kan banyak koneksi ke bos-bos yg  produknya tak jarang beberapa kali jadi sponsor event olahraga. Tolongin anak-anak Indonesia untuk bisa mendapatkan pemahaman pedoman dasar bermain sepakbola dengan penyebaran buku kurikulum ini dooooong. Ntar kalo D`Bandhits konser di Solo, gue bantuin angkut-angkut kabel deeeech, wkwkwkwkw” :p

Tahapan selanjutnya setelah pembagian buku

Setelah nantinya buku dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia, saya pun tadi mengusulkan ke om Chris Win buat menjadikan binasepakbola.com sebagai media komunikasi dua arah antara para pelatih SSB dengan om Timo selaku penulis buku kurikulum. Tentu saja nantinya bila ada pertanyaan maupun usulan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan kurikulum ini bisa di-share dan bermanfaat bagi para pelatih lain yang menyimak pembahasan sebagai bahan pembelajaran. Baru tahu saya kalau yang seperti itu tuh namanya FAQ, maklum gaptek, hahaa.

Selain daripada itu, tadi pagi mendapat kabar bahwa memang om Timo berencana untuk mengadakan seminar guna membahas buku kurikulum ini. Dan dari seminar tersebut nantinya akan dikumpulkan dan dirangkum beberapa pertanyaan dan masukan yang sekiranya berguna untuk ditambahkan sebagai tambahan refrensi di binasepakbola.com dan web-web pengunduh lainnya, termasuk di www.coachtimo.org juga. Selanjutnya yang terpenting adalah standartisasi pelatih SSB dengan lisensi C dan D. Program kepelatihan pelatih ini juga sudah jalan beberapa waktu lalu di Pengprov Jakarta yang juga dibuka oleh ketum PSSI. Nantinya program standartisasi lisensi bagi pelatih SSB juga diharapkan bisa menyebar ke daerah lain.

NB : Seperti biasa, artikel ini adalah perimbangan dari media mainstream, so jangan harap nemu link mengenai hal-hal kecil seperti yang dijelaskan diatas, karena ini memang reportase koplak yang bertanggung jawab.

[caption id="attachment_177584" align="aligncenter" width="424" caption="Pengamat Sepakbola Koplaksiana"]

1337234800251447219

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline