Lihat ke Halaman Asli

Pemain ISL: Membela Timnas Nggak Boleh, Shooting Film Boleh!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Selamat siang sodara-sodara semua yang lagi bersosialisasi di kompasiana. Memang, tak dapat dipungkiri bahwa kisruh yang ada di persepakbolaan negeri ini membawa berkah tersendiri terhadap kompasiana. Traffic kompasiana sedikit-banyak disumbang dari konflik ini, dan juga terbukti banyak sekali akun-akun baru yang eksodus ke kompasiana yang register hanya untuk "berkomen ria" disini. Memang, tak ada yang salah dengan hal tersebut. Tapi esensi kompasiana yang awalnya sebagian besar berisi orang-orang ingin berlatih menggoreskan buah pikirannya dalam bentuk tulisan, kini jadi sedikit tergusur, terutama di sub kanal bola. Yang terjadi adalah, kompasiana dianggap sebagai "berita mainstream" yang harus dicounter dengan beragam komentar saat ada publish baru di sub kanal bola.


"Yasudah mas Bup, ente mau kasi berita apa nich?"


Seperti biasanya, kami PSK (Pengamat Sepakbola Koplaksiana) akan menghadirkan berita yang luput dari media pada umumnya. Mengenai para pemain dari ISL yang membuat tanggapan beragam atas keputusan PSSI memanggilnya untuk memperkuat timnas.


Sebelumnya, mungkin kita flashback dulu di akhir 2011 ketika selesai perhelatan Sea Games XXVI. Seperti yang kita ketahui, PT LI tetap ngotot untuk menyelenggarakan ISL yang sebelumnya diawali dengan RUPS oleh PT LI. Tentu adanya RUPS ini mengundang tawa bagi orang yang paham mengenai mekanisme dalam dunia ekonomi (bagi yg paham, silahkan ngakak, bila ngakak berlanjut silahkan hubungi mbah besoes, pak tabussala dan pakdhe djoko). Pada awal-awal ISL inilah beberapa klub mengancam kepada PSSI untuk tidak mengirimkan pemainnya ke timnas, dan tetap ngotot memilih bermain di turnamen ISL. Meski tak dapat dipungkiri bahwa para pemain di ISL banyak talenta-talenta yang berbakat, namun pernyataan dari beberapa klub ini menyiratkan sebuah kesombongan.


Memasuki 2012, PSSI ada agenda untuk mengikuti turnamen IYFIT di Hong Kong, laga pamungkas pra Piala Dunia 2014 di kandang Bahrain, dan mengikuti turnamen Hassanal Bolkiah Trophy di Brunei. Setelah berkomunikasi via surat-menyurat dengan FIFA mengenai penggunaan pemain, ditambah juga ketum Djohar Arifin saat itu menyempatkan terbang ke Jepang menemui perwakilan FIFA untuk menanyakan langsung mengenai penggunaan pemain di timnas. Akhirnya, PSSI hanya menggunakan para pemain yang berkompetisi di kompetisi resmi (PPD & HBT). Hasil agenda awal 2012 adalah juara IYFIT di Hong Kong, kalah 10-0 di Bahrain, dan runner-up di HBT. Dari PPD dan HBT, banyak pengurus klub-klub ISL yang teriak-teriak menganggap PSSI diskriminasi karena tidak menyertakan talenta potensial dari ISL. Beberapa yang koar-koar ini juga dulunya pernah mengancam tidak akan mengirimkan pemainnya ke timnas. Nah loh ???


Tenggat waktu yang diberikan FIFA hingga 20 Maret 2012, untuk menyelesaikan permasalahan dualisme liga di Indonesia. Akhirnya melalui Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya, PSSI memutuskan untuk mengakui ISL sampai akhir musim. Dengan ini maka otomatis para pemain ISL saat ini diperkenankan untuk memperkuat timnas. Tapi apa lacur, sebagai ajang pembenaran maka beberapa pengurus klub, resmi menyatakan menolak mengirimkan pemainnya untuk timnas. Pemain pun hanya bisa sendika dawuh karena terbelenggu kontrak oleh klub. Bila ditanya para pemain berpengalaman seperti Ponaryo atau yang lain, mungkin jawaban klise adalah sebenarnya ingin membela timnas tapi nggak diijinkan oleh klub. Yang aneh, para pemain muda labil jadi ajang doktrin para pengurus klub, sampai ada pemain yang mengatakan hanya ingin membela timnasnya La Nyalla (halooo, ntar lawan timnas mana dik?).


Itu hanya sekelumit kejadian lucu yang dirangkum PSK, tapi ada kejadian yang lebih lucu lagi


Ada juga klub yang pura-pura malu dengan beralasan jadwal yang sangat padat, sehingga bila mengirimkan pemainnya akan mengganggu persiapan klub dalam laga lanjutan ISL (yaiyalah, namanya juga indonesia stripping league, alias kejar tayang). Tapi itu juga belum seberapa, ada kejadian yang lebih lucu lagi. Adalah salah satu klub peserta ISL yang nomaden berdarah-darah, yakni Pelita Jaya. Seperti yang kita ketahui bahwa klub milik Bakrie Group yang dimanajeri oleh politisi Golkar, Lalu Mara Satriawangsa, tentu saja terang-terangan dan di garda terdepan yang melarang para pemainnya untuk memperkuat timnas. Eitss, tunggu dulu, ada yang terlupa ya? Masih ingat Pelita Jaya dibantai 3-1 oleh tim tamu, Persiba Balikpapan? Yak benar, para pemain kelelahan karna sibuk shooting film "Hari Ini Pasti Menang". Setidaknya ada 6 pemain inti yang diberi lampu hijau oleh sang manajer untuk mengikuti shooting film.


Kalo sudah gini, membela timnas dan shooting film itu penting mana pak? Ataukah anda sedang depresi karna pernah nadzar akan sunat 2x dan potong kuping, tapi hingga kini tak terbukti aksinya. :capedes

[P.S.K]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline