Lihat ke Halaman Asli

Inter Island Cup 2011, Memperkeruh Suasana yang Sudah Keruh

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_145608" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shuterstock)"][/caption] Turnamen pra-musim yang digelar oleh PT Liga Indonesia dengan nama Inter Island Cup 2011 akan digelar mulai tanggal 8-26 November 2011 di Malang, Samarinda, dan Bandung. Ajang lintas pulau ini akan diikuti oleh 18 klub ISL. Turnamen ini mengadopsi gaya seperti Trofeo Team di Italia, yakni pertandingan dengan 1x45 menit, menang skor 3, kalah skor 0, bila imbang langsung dilanjut penalti dan yang menang skor 2, kalah skor 1. Ini adalah kali kedua diadakannya Inter Island Cup, setelah pada musim lalu juga diadakan turnamen ini dengan Sriwijaya FC yang menjadi juara di partai final (final berformat normal 2x45menit). Ada sesuatu yang aneh menyikapi digelarnya turnamen ini, yakni dalam hal jumlah peserta. Inter Island Cup yang sedianya digelar untuk masa penjajakan bagi tim-tim besar sebelum musim bergulir, kini PT Liga Indonesia memaksakan turnamen dengan diikuti oleh semua klub ISL yaitu 18 klub. Adalah hal yang sangat ganjil ketika tiba-tiba PT Liga Indonesia mengakomodasi ke-18 klub untuk mengikuti ajang turnamen ini. Dapat ditangkap pula ambisi PT Liga Indonesia untuk tetap mempertahankan kengototannya menjalankan ISL musim ini (mulai Desember), maka dirayulah klub-klub untuk mengikuti turnamen pra musim ini. Djoko Driyono sendiri mengatakan bahwa turnamen ini memang dipersiapkan bagi semua klub ISL sebelum digulirkannya ISL pada Desember nanti. Turnamen ini pun mendapat hak siar istimewa dari Antv yang konon kabarnya adalah sebesar Rp 4 milyar (loh koq "konon kabarnya", yaiyalah soal angka itu kan antv dan pt liga indonesia itu suka gak jelas, liga aja yg katanya 10m/musim tapi saat terdesak merayu2 klub bisa berubah jadi 130m/musim, entah dana fiktif atau apalah itu). Olahraga adalah semangat tinggi untuk menjunjung nilai-nilai sportivitas, yang menang itu menang, yang kalah itu kalah, tapi apresiasi tinggi pantas diberikan kepada semua pihak, baik yang menang maupun yang kalah. Dan inilah nilai-nilai luhur olahraga yang mungkin jarang ditemui selain dalam dunia olahraga. Tapi hal ini tidak berlaku dengan sepakbola di negeri ini, sengketa antara PT Liga Indonesia dengan PSSI kepengurusan baru dibawah ketum Djohar Arifin makin meruncing. Dengan diadakannya turnamen Inter Island Cup maka ditabuhlah genderang perang dari kubu PT Liga Indonesia karena seperti yang dikatakan Djoko Driyono diatas, ini adalah turnamen jelang ISL. Tentu saja hal ini makin memperkuat tudingan masyarakat awam bahwa dunia sepakbola Indonesia ini sebenarnya adalah "lahan basah" yang banyak diperebutkan para aktor intelektual. Mungkin benar, banyak yang lupa akan semangat rekonsiliasi yang didengungkan oleh FIFA saat menginstruksikan digelarnya KLB beberapa bulan lalu. Semua berjalan dengan egonya masing-masing dan merasa dirinya adalah yang paling berhak atas segalanya, ya pengelola (PT LI), ya para petinggi klub. Mereka tidak sadar bahwa setiap rekonsiliasi pastinya ada pahit manisnya dalam mengembalikan alur sebuah tujuan mulia semangat keolahragaan. Tapi sangat disayangkan, bagi para petinggi klub yang "ngeyel" dan pengelola (PT LI) hanya mau terima manisnya saja dengan melanjutkan apa yang telah diperolehnya musim lalu dengan mengabaikan rekonsiliasi demi persepakbolaan yang sesuai dengan sebagaimana mestinya. Sebenarnya bila sama-sama mengedepankan semangat rekonsiliasi, PT Liga Indonesia harusnya membuat laporan pertanggung jawaban yang kemudian diaudit oleh PSSI. Dari hasil tersebut maka akan mendapatkan hasil evaluasi apakah layak mengelola kompetisi di musim selanjutnya. Sekali lagi sungguh sayang, kedua belah pihak tidak pernah ketemu juntrungnya. PSSI kurang tegas memanggil PT LI untuk pertanggung jawaban, PT LI sendiri juga tidak ada itikad baik untuk mendatangi pengurus baru hasil KLB Solo. Dengan keadaan seperti ini maka sangat jelas terlihat PT LI tak mau melepaskan begitu saja pengelolaan kompetisi yang diperolehnya musim lalu kepada kepengurusan baru yang telah membentuk PT Liga Prima Indonesia Sportindo. Masyarakat tentu saja antusias menyaksikan laga sepakbola. Entah itu era perserikatan, galatama, ligina, ISL, bahkan LPI beberapa waktu lalu pun antusiasme masyarakat juga bagus (Kontributor Suporter dalam tulisannya menyertakan bahwa ratting AC Nielsen, LPI lebih tinggi daripada ISL). Ini artinya sepakbola seakan menjadi alternatif hiburan wajib bagi masyarakat kita, hendaknya para petinggi-petinggi lebih memahami keinginan masyarakat bawah yang terlalu banyak dijejali kisruh, kisruh dan kisruh lagi. Akhir kata, buat para peserta Inter Island Cup, itu adalah hak dan keputusan anda (petinggi klub). Namun saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh baginda yang mulia nurdin halid saat masih menjabat sebagai ketum PSSI : "Setiap ada kick-off, setiap ada pertandingan bola, selama bola itu bundar dan selama lapangan kotak, maka tiap pertandingan yang digelar dimanapun di Indonesia ini, WAJIB mendapatkan ijin dari PSSI". (begitulah kira-kira, masih ada yang ingat?)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline