Memang akhir-akhir ini saya jarang menulis dan hanya sekedar mondar-mandir komen sana, komen sini [komen(g) & adul, gak termasuk]. Banyak artikel yang menarik dalam beberapa hari ini di Kompasiana.
1. Kisruh PSSI
Di Kompasiana, banyak artikel dengan berbagai opini dan reportase di beberapa lapak. Rata-rata semuanya menyalahkan sekumpulan orang yang biasa disebut sebagai K-78. Namun, tak jarang juga sebagian menyalahkan Agum Gumelar dan Komite Normalisasi, bahkan dalam kolom komentar pun ada juga yang menyalahkan FIFA sebagai biang keladi semua kekisruhan ini.
Terlepas apakah saya pro atau kontra dengan satu per satu Kompasianer yang memposting mengenai hal ini, saya sebagai masyarakat bawah pecinta bola, hanya ingin iklim yang kondusif bisa menaungi persepakbolaan dalam negeri. Tak peduli siapapun ketum PSSI, yang penting dia maju dengan cara-cara yang legal & elegant.
(exp. NH, sepertinya saya dan sekian puluh juta suporter tanah air tak menghendaki NH, terbukti dengan "people power" beberapa waktu lalu yang berujung dibekukannya kepengurusan NH oleh pemerintah dan FIFA.
Lantas kini masyarakat suporter arus bawah yang sudah merasa agak lega karena tumbangnya rezim NH, dikejutkan kembali dengan kisruh antara KN & K-78 yang seakan tak ada ujung pangkalnya.
2. Mahfud vs Demokrat
Di dalam rumah kita (Kompasiana) juga lagi marak-maraknya, artikel mengenai Mahfud MD yang notabene adalah ketua Mahkamah Konsitusi. Seperti yang saya baca dari beberapa artikel yang HL maupun yang tidak HL, banyak sekali yang menyayangkan sikap para petinggi partai Demokrat (termasuk presiden yang menjadi Dewan Pembina Partai Demokrat) dalam menyikapi permasalahan konfrontasi antara ketua MK dengan beberapa kader partai Demokrat, utamanya adalah Nazaruddin.
Beberapa tulisan menganggap presiden yang juga selaku Dewan Pembina Partai Demokrat, tidak bisa tegas dan terkesan melindungi kadernya yang kini terlibat masalah. Sehingga, banyak yang menilai pula bahwa janji pemberantasan korupsi yang digembor-gemborkan di masa kampanye dulu itu hanya retorika belaka, berbanding terbalik dengan matinya pengungkapan kasus-kasus korupsi seperti Century, mafia pajak, maupun wisma atlet Sea-Games.
3. Pelecehan terhadap fiksi
Kemarin sore di Kompasiana, sedang terjadi panas-panasnya polemik tentang permintaan penjelasan terhadap suatu artikel yang terkesan memojokkan "fiksi-ers". Berawal dari bang Rony yang memposting Surat Terbuka, maka setelah itu banyak pula artikel susulan yang kebanyakan juga mendukung bang Rony agar adanya klarifikasi tentang artikel yang memojokkan karya fiksi.
* * * * * * *