Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Jaka Tarub. Ia tinggal di sebuah desa kecil dan dikenal sebagai pemuda yang baik hati serta bijaksana. Meskipun demikian, Jaka Tarub memiliki satu kelemahan, yaitu rasa ingin tahunya yang sangat besar.
Suatu hari, Jaka Tarub berjalan ke arah hutan untuk mencari makanan. Saat ia melewati sebuah danau yang tersembunyi di tengah hutan, ia dikejutkan oleh suara tawa wanita yang sangat merdu. Dengan hati-hati, Jaka Tarub mendekati sumber suara itu dan melihat tujuh bidadari tengah mandi di danau. Mereka sangat cantik dan bersinar seperti bintang di langit.
Jaka Tarub terpesona oleh keindahan para bidadari tersebut, terutama salah satu dari mereka yang bernama Nawang Wulan. Karena terdorong rasa ingin tahu dan kagum, Jaka Tarub mengambil salah satu selendang bidadari yang tergantung di ranting pohon, tanpa disadari oleh para bidadari.
Setelah mandi, para bidadari satu per satu mengenakan selendang mereka dan terbang kembali ke kahyangan. Namun, Nawang Wulan tidak dapat menemukan selendangnya dan terpaksa tetap tinggal di bumi. Saat kebingungan, Jaka Tarub muncul dan menawarkan bantuan serta tempat tinggal.
Karena tidak memiliki pilihan lain, Nawang Wulan menerima tawaran Jaka Tarub dan akhirnya mereka menikah. Kehidupan mereka bahagia, dan dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang anak perempuan.
Namun, Nawang Wulan memiliki keistimewaan. Ia bisa memasak nasi hanya dengan sebutir padi, dan Jaka Tarub dilarang keras melihat proses memasaknya. Kehidupan mereka pun menjadi lebih makmur karena keajaiban ini. Tetapi suatu hari, karena penasaran, Jaka Tarub melanggar larangan istrinya dan mengintip saat Nawang Wulan sedang memasak. Akibatnya, Nawang Wulan kehilangan kekuatan ajaibnya dan harus memasak seperti manusia biasa, dengan lebih banyak padi.
Waktu terus berlalu, dan akhirnya Nawang Wulan menemukan kembali selendangnya yang disembunyikan oleh Jaka Tarub. Dengan hati yang berat, ia menyadari bahwa dirinya adalah bidadari yang tidak bisa terus tinggal di bumi. Nawang Wulan memutuskan untuk kembali ke kahyangan, meskipun ia sangat mencintai Jaka Tarub dan anak mereka.
Sebelum terbang kembali, Nawang Wulan berpesan kepada Jaka Tarub untuk menjaga anak mereka dengan baik. Setelah itu, ia terbang ke kahyangan dan meninggalkan Jaka Tarub dalam penyesalan yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H