Lihat ke Halaman Asli

Manggarai di NTT ( Kota Kupang) dan Manggarai di Jawa vs GAYA HIDUP

Diperbarui: 16 November 2015   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manggarai identik dengan kehidupan kekeluargaan yang teramat solid dan jika dibanding-bandingkan dengan suku lain manggarai memiliki kelebihan tertentu didalam kehidupan sosial bermasyarakat. Manggarai memeliki satu keunikan yaitu ketika sedang berkumpul atau sekedar bertemu dan bertatap selalu bertegur sapa menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang berasal dari manggarai. Budaya ini sudah cukup lama saya rasakan dan ketika diamati teryata itu adalah kelebihan dan sekaligus keunikan bagi masyarakat manggarai. Sudah tentu dengan berkomunikasi menggunakan bahasa manggarai dari sesama yang berasal dari manggarai akan memudahkan untuk saling kenal, kemudian nampak solid dan tidak sedikit sesama manggarai akan saling menjaga ibarat keluarga kandung yang dilahirkan dari satu rahim ibu. Sebagai masyarakat yang bukan berasal dari manggarai saya cukup kagum dan terbilang luar biasa karena orang manggarai dimana-mana kalau mau dikiritik ibarat mereka terlampau Fanitisme Primordialisme. Menjaga keutuhan daerah manggarai raya dengan duduk bersama, melingkar diatas tikar dan makan dan minum bersama itu ada di mahasiswa manggarai kota kupang.

            Masyarakat manggarai di Nusa tenggara timur terlebih khususnya dikalangan mahasiswa di kota kupang saya meliat ada semodel gaya hidup bersama, toleransi untuk sesama manusia yang bukan berasal dari manggarai dan bahkan ajak makan dan minum bersama sekalipun bukan mahasiswa asal dari manggarai. Saya kemudian menjadi sangat akrab dengan para mahasiswa yang berasal dari manggarai. Ada kelebihan lainnya para mahasiswa manggarai yang berada di kota kupang cukup pintar didalam kampus, kehidupannya selain di dalam kampus terbilang santai dan apa adanya. Saya banyak menemukan para mahasiswa manggarai dikota kupang yang hidupnya biasa-biasa saja, penampilan apa adanya dan tidak melebih-lebihkan. Mereka cukup cerdas dalam menempatkan diri dan bergaul.

            Menjadi sangat mengecewakan ketika saya harus mendengar berita tentang tawuran mahasiswa NTT di malang dan bahkan sampai ada korban pembunuhan. Lebih mengejutkan lagi teryata tawuran ini dilakukan oleh para mahasiswa yang sama-sama berasal dari manggarai. Kaget bukan main-main ketika berita tribunnews.com mengatakan tawuran mahasiswa manggarai barat vs manggarai timur memakan satu korban yaitu Fidelis Honto. Muncul pertayaan kenapa bisa manggarai membunuh sesama manggarai dan teramat sedih pembunuhan ini dilakukan oleh para mahasiswa yang sama-sama merantau ditanah orang. Semakin banyak pertayaan kenapa bisa mahasiswa manggarai di malang tidak saling kenal, apakah sudah melupakan tanah tumpah darah atau ada semodel gaya hidup yaitu “siapa kamu bagi saya”. Perlu dikritik sehingga mahasiswa manggarai yang berada di pulau jawa meniru mahasiswa manggarai yang berada di kota kupang. Perlu dikritik lagi mahasiswa manggarai dipulau jawa harus banyak belajar toleransi antara sesama manggarai dan juga yang bukan dari manggarai. Mana mungkin manggarai yang dikenal toleranasi menjadi dikenal intoleransi. Atau mungkin mahasiswa manggarai di pulau jawa intoleransi dengan orang lain. Saya kuatir dengan gaya hidup para mahasiswa manggarai dipulau jawa. Ini adalah pelajaran berharga buat para mahasiswa manggarai di pulau jawa supanya semakin banyak melaksanakan kegiatan silahturahmi atau pertemuan-pertemuan dengan sesama manggarai sehingga saling kenal. Ingat budayakan kembali saling bertegur sapah menggunakan bahasa manggarai, duduk dan makan minum bersama.

            Fidelis Honto adalah korban akibat tidak saling menjaga antara satu dengan yang lain. Masalah bukan akhir dari segalanya sehingga menjadikan masalah sebagai akhir untuk kemudian mengambil tindakan dengan menghilangkan nyawa sesama manusia. Fidelis Honto saat ini sedang menunggu keadilan agar dia bisa beristirahat dengan tenang, orangtuanya menangis karena putera satu-satunya meninggal dengan cara yang sangat tragis. Polisi harus mampu mengungkapkan siapa otak dari pembunuhan ini, polisi harus profesional sehingga kasus ini dapat diungkapkan secara cepat dan tepat. Para keluarga dan kerabat kenalannya harus bisa menahan diri tidak boleh melakukan aksi balas dendam sehingga kejadian ini tidak terulang lagi dan keadilan dapat ditegakkan. Mulailah dengan saling memaafkan karena berdamai itu indah. Jangan meninggalkan masalah untuk anak cucumu karena mereka tidak tau apa yang kalian perna perbuat. Kembalikan nama baik manggarai dan katakan kepada semua orang bahwa manggarai cintai damai, berdamailah mulai dari sekarang. Kalau bukan sekarang kapan lagi dan kalau bukan kita siapa lagi.

“kitorang semua basodara” Fredirikus Bulu Ladi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline