Aku sudah melihat ketiga drama ini sejak tahun lalu. Dan masih segar di ingatan betapa mataku ini sangat dimanjakan oleh cerita drama ini.
Ketertarikanku pada c-drama historical itu dimulai sejak melihat Empress Ki yang dari korea itu.
Gagal move on lah aku sama k-drama ini.
Bagaimana tidak, seorang perempuan bisa memulai "karir"nya dari bawah hingga menjadi wanita nomer satu di suatu dinasti.
Bahkan bisa membawa perubahan luar biasa secara politik.
Ketiga empress di drama ini digambarkan sebagai wanita yang haus kekuasaaan.
Percayalah drama ini banyak sekali mengandung kata-kata sarkastik yang berbalut puisi indah, kepedihan, pertumpahan darah yang bisa merubah cinta yang indah menjadi sarat materialistik dan kedudukan.
Dan terkadang sejarah bisa menulis sangat kejam jika mencari gambaran ketiga wanita ini dalam dunia nyata. Seperti Ratu Wu Zetian yang dikabarkan mempunyai ratusan gundik lelaki.
Tapi prestasi lainnya diabaikan begitu saja.
Atau Maharani Gi (empress Ki) yang dituduh menjadi penyebab hancurnya dinasti Yuan.
Menariknya sekaligus menjadi ironi, ketiga drama ini seakan-akan menjadi counter attack atas banyaknya tulisan buruk (ada juga yang berupa film) di sana.
Menarik karena bagaimana penonton diajak memahami kondisi dan perasaan tokoh antagonis di sejarah hingga akhirnya terlarut dalam perasaaan simpati.Ironis karena perubahan dari tokoh antagonis ke protagonis itu semua perempuan yang "kepepet" dan tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan nyawanya di Istana.
Serba salah memang jika tinggal di Istana. Jika terlalu lugu hanya mengharapkan cinta sang kaisar maka akan dianggap sebagai wanita bodoh dan tidak cocok menjadi seorang ratu.Namun jika terlalu berhati-hati maka akan disebut sebagai wanita berhati singa.
Singkat kata, siapapun yang menduduki posisi ratu pasti akan pernah menumpahkan darah orang lain. Entah itu darah orang yang tidak bersalah atau memang penjahat.
Tergantung dari mana kacamata penguasa saat itu mengarah.
Kira-kira ratu yang mana dulu untuk sebaiknya dibahas ya?
No copas share only
Salam Satu Nyali Wani
Paysuchen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H