Lihat ke Halaman Asli

Kekhawatiran Seorang Pekerja Migran di Tengah Wabah Covid-19

Diperbarui: 7 April 2020   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi seorang pekerja migran tidaklah selalu seindah apa yang banyak orang bayangkan. Berada jauh dari rumah dan keluarga adalah salah satu konsekuensi yang harus dijalani oleh seorang pekerja migran. 

Berada jauh dari rumah dan keluarga berarti ada jarak yang relatif lebih jauh dan waktu yang relatif lebih lama untuk ditempuh sebekum bisa sampai ke rumah dibanding dengan pekerja lokal. Dan konsekuensi dari jarak dan waktu ini, salah satunya, adalah kekhawatiran akankah bisa sampai di rumah sebelum terlambat.

Di masa normal, kehkawatiran semacam itu agak bisa ditekan oleh ketersediaan pilihan transportasi yang memungkinkan untuk bisa pulang sesegera mungkin. Lain halnya jika ketersediaan transportasi sudah serba terbatasi seperti sekarang. 

Sebagai catatan, saya bekerja di negara Oman. Dan saat ini, Oman sedang memberlakukan pembatasan penerbangan masuk dan keluar Oman sampai waktu yang belum ditentukan. Pembatasan ini diberlakukan per tanggal 29 Maret 2020 (omannews.gov.om dan omanair.com) oleh pemerintah Oman sebagai reaksi atas penyebaran virus corona. Dan akibat dari pembatasan ini adalah banyak orang tidak bisa pulang ke negara asalnya jika jadwal pulang mereka jatuh setelah tanggal tersebut.

Sekarang kekhawatiran saya bertambah satu. Selain kekhawatiran untuk bisa sampai ke rumah sebelum terlambat, saya juga khawatir bagaimana keadaan keluarga saya di kampung di tengah pandemi virus corona ini. Dua kekhawatiran yang berpotensi berubah jadi keputusasaan jikalau, god forbid, sesuatu terjadi di kampung selagi saya ada di sini. Saya tidak akan bisa pulang. Tidak ada penerbangan atau transportasi lain yang bisa membawa saya pulang!

Saya mohon agar semua orang betul-betul mematuhi amaran pemerintah untuk sebisa mungkin diam di rumah dan distancing. Untuk kalian yang abai soal covid-19, yang abai soal distancing, yang sok yakin tidak tertular, yang sok yakin tidak akan tertular, dan yang sok yakin tidak akan menulari, terutama yang tinggal di daerah yang terinfeksi dan masih saja pulang atau berniat pulang kampung dna apalagi berkampung sama dengan kampung di mana keluarga saya tinggal, SEBISA MUNGKIN DIAM DI RUMAH DAN JANGAN PULANG KAMPUNG!

Kita tidak tahu belum atau sudahnya kita tertulari virus ini. Kita tidak akan tahu akankah kita tertulari selama perjalanan atau tidak.

Saya mohon, jangan ambil resiko tertular selama di perjalanan.
Saya mohon, jangan ambil resiko menulari selama di perjalanan.
Saya mohon, jangan ambil resiko menulari keluarga di kampung.

Saya mohon maaf jika tulisan ini terlalu emosional. Sudah terlalu banyak kematian karena wabah ini. Sudah terlalu banyak orang sakit karena wabah ini. Dan sudah terlalu banyak orang yang sok pintar dan berkepala batu soal wabah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline