Badannya tampak letih, kusam. Bajunya basah kena hujan deras barusan. Sambil memasukkan sepeda motor ia berujar:
“Inang masak air panas untuk mandian ya!”
“Ya, Pak!”
Aku melangkah ke dapur, mengisi air di kaleng dan memasaknya di kompor minyak tanah.
“Bapak habis dari mana?” tanyaku sambil menyodorkan handuk.
“Tadi kami paksa tanam jeruk di ladang. Musimnya pas, musim hujan. Mudah-mudahan jeruknya bisa tumbuh.”
“Oh, kenapa dipaksa, pak? Kan bisa besok dilanjutkan? Nanti bapak malah bisa sakit karena kena hujan!”
“Tanggung, nang.”
“Kenapa harus menanam jeruk, pak?”
“Nanti, kau akan mengerti, nang.”
Aku hanya bisa protes melihat bapakku memaksakan pekerjaannya sampai hujan-hujan. Pikiranku saat itu sederhana. Menurutku, pekerjaan bisa ditunda tanpa harus mengorbankan kesehatan.