Lihat ke Halaman Asli

Hotgantina S

Hidup untuk berbagi. Berbagi untuk hidup.

Meniru Sikap Berani ala Diaspora Jawa-Suriname

Diperbarui: 2 Februari 2016   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awal tahun 2015 lalu, Indonesia dikejutkan oleh berita hangat dari Suriname. Raymod Sapoen, calon presiden Suriname, menyatakan identitas dirinya, yaitu keturunan Jawa asal Banyumas.1

Leluhur bangsa Indonesia yang suka menjelajah memang sudah tersohor sejak dulu. Namun, penyebaran atau diaspora bangsa Jawa di Suriname berbeda. Pada tahun 1800-1990, sekitar 32.000an orang Jawa dipaksa Belanda pindah untuk menjadi buruh perkebunan di daerah Amerika Selatan ini. Saat itu, isu perbudakan bangsa Afrika sedang dipergunjingkan, Belanda akhirnya memilih bangsa Jawa sebagai buruh mereka di sana. Tetapi, kesengsaraan ini berbuah manis bagi keturunan Jawa-Suriname sekarang.

Tahun 1975, Suriname mendeklarasikan kemerdekaannya. Buruh asal Nusantara ini memiliki kesempatan untuk kembali ke Indonesia, ke Belanda atau menerap di Suriname. Sebagian mereka memilih pulang ke Sumatera Barat, sebagian tinggal di Belanda dan sebagian lagi tetap di Suriname. Mereka menetap di Suriname mungkin karena jiwa penjelajah yang sudah mendarah daging dalam diri mereka.

Ada beberapa sikap berani yang perlu kita tiru dari saudara kita yang tinggal di Suriname.

Pertama, sikap berani bekerja keras dan berkarya. Bangsa Jawa yang memilih tinggal di Suriname pastinya harus berjuang dan bekerja keras untuk bertahan hidup di sana. Hasil kerja keras mereka bisa dilihat dari keturunannya saat ini, ada yang menjadi dokter, guru, politisi bahkan calon presiden, seperti Raymond Sapoen. Mereka berkarya di setiap bidang-bidang kehidupan.  

Kedua, sikap berani mempertahankan budaya. Meskipun sudah ratusan tahun tinggal di Suriname, bangsa Jawa masih mempertahankan tradisinya. Mereka melestarikan tarian, lagu, bahasa dan adat-istiadat. Berbeda dengan di Indonesia saat ini. Kaum muda sekarang lebih banyak memilih budaya asing ketimbang budaya sendiri. Tengok saja tayangan tipi kita, lebih banyak produk luar dari pada karya sendiri.  

Ketiga, sikap berani bangga dengan identitas. Ada pepatah berkata “bagai kacang lupa akan kulitnya”. Tidak demikian dengan keturunan Jawa di Suriname. Mereka berani bahkan bangga mengaku sebagai keturunan Jawa. Mereka mengingat tanah leluhur mereka. Jika kita lihat Indonesia saat ini, banyak orang lebih bangga akan keturunan asing, mengidolakan keturunan campuran bukan bangsa sendiri.

Sejatinya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang berani. Berani bekerja keras dan berkarya, berani mempertahankan budaya dan berani bangga dengan identitas. Kiranya kita boleh meniru sikap berani dari saudara kita yang ber-diaspora ke benua merah itu.  

 

Semoga bermanfaat.

1 http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150206_capressuriname_sapoen




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline