Lihat ke Halaman Asli

CERITAKU

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kawan, agar kecewaku tak begitu galak

kuingin bercerita padamu dalam sajak

biar merana bisa jadi gelak.

 

Sejak sepuluh tahun lalu kurindukan

kehadiran manusia bernama perempuan

sungguh kebetulan calon dokter yang kutemukan,

pendek kata aku katakan, calon ibu dokter yang ’ku uber mulai keder

bak ayam betina yang hendak dikawin, semula berlari tiba-tiba berhenti

entah pasrah atau menanti-nanti sipencuri hati.

 

Dua tahun seiring sejalan

senyum, canda dan tawa berdua. Sedih, menangis dan marah silih berganti

pertengkaran sekalikali ada dan terkadang dihalalkan

kerna bisa memperindah suasana.

Utang apapun yang kupunya tak lagi terpikirkan

yang ada dengannya pertemuan demi pertemuan.

 

Sungguh sayang diujung sembilan dua

Ketika suatu siang bolong ia dihadapan lelaki tua pilihan bapaknya

setelah telanjang dada calon ibu dokterku lupa bercelana

syurga-ga-ga-ga, katanya

itu ia ceritakan padaku sambil tertawa. Kuingin marah untuk apa?

kuingin menangis tiada air mata.

akhir cerita, sambil garuk-garuk celana

kupergi jauh melupakannya.

 

 

Ciheuleut, Talas20-2000

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline